Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Mengenang Sosok Putra Menteri Susi saat Mondok di Gontor

Diperbarui: 31 Juli 2018   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Almarhum Panji Hilmansyah berfoto bersama ibunya, Menteri Susi Pudjiastuti, dan adiknya, Nadine Kaiser. (Nadine Kaiser)

Wajahnya chubby dengan segaris bulu halus di bawah hidungnya. Anaknya lincah, supel dan rame. Untuk ukuran santri, putra pertama pengusaha ikan di Pangandaran ini kurang ‘stylish’. Pakai sarungnya tidak rapi. Buntelan yang melilit pinggangnya terlihat besar lantaran dia mengenakan kain sarung ukuran orang dewasa. Pecinya juga ketinggian untuk ukuran santri baru. Dia pakai ukuran Sembilan sentimeter—bukan ukuran standar tujuh senti.

Pokoknya gak Gontor banget, dah!

Tapi, meskipun baru lulus SD, dia sudah lancar bicara bahasa Inggris. Ngomongnya cas cis cus. Itu sebabnya dia cukup menonjol dan cepat dikenal di kalangan santri baru Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus Dua yang berjarak hanya enam kilometer dari Gontor Satu, Ponorogo, Jawa Timur (sekitar 30 kilometer dari Madiun ke arah Pacitan).

Demikian deskipsi yang  ditulis Ali Amin tentang sosok putra Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang baru saja meninggal dunia, kemarin (18/1/2016). Ali Amin adalah alumnus Gontor yang pernah menjadi guru dan pembimbing asrama Panji saat dia mondok di Gontor 2 pada tahun 1996.

Panji dikabarkan meninggal dunia di rumahnya di kota Naples, Florida, Amerika Serikat. Waktu dan penyebab kematian belum dapat dipastikan, namun dugaan awal yang disampaikan pihak keluarga adalah karena gagal jantung. Dia ditemukan seorang diri di kamarnya, dan serangan jantung diduga terjadi saat dia sedang tidur.

Saat ini, jenazah ayah satu anak yang oleh orangtua dan teman-teman pondoknya akrab dipanggil Hilman tersebut masih berada di Naples dan dalam proses pemulangan ke Indonesia untuk kemudian dimakamkan di tanah kelahirannya, Pangandaran, Jawa Barat.

Lewat akun Facebook-nya, Ali mengenang kembali saat-saat dia mengajarnya mengaji, memimpin lari pagi, mengurusi kiriman uang dan paket dari keluarganya, dan menghukumnya karena melanggar disiplin dan tidak berbahasa Arab.

Panji bersama ratusan murid lain merupakan santri angkatan pertama yang belajar di Gontor 2 pada tahun 1996. Pada tahun yang sama, saya dan Ali baru saja lulus dari Gontor bersama 300 alumni lainnya, dan mendapatkan tugas mengajar di banyak pondok pesantren yang menerapkan sistem pendidikan ala Gontor. Ali Amin ditugaskan mengabdi di Gontor 2 Ponorogo, sedangkan saya di Pondok Modern Al-Kautsar, Pekanbaru, Riau.

Santri perdana Pondok Modern Gontor 2, 1996. (PM Gontor)

Gendut dan Baik

Status Facebook yang dibuat Ali itu sontak mendapat ucapan belasungkawa dari teman-teman Panji di Gontor 2. Mereka mengomentari status tersebut dengan tambahan cerita dan memori bersama almarhum.

Teman-temannya di Gontor menggambarkan sosok Panji sebagai pribadi yang akrab bergaul dan senang membagi makanan kepada teman-temannya. Tubuhnya agak gendut, tapi bersih. “Hilman dulu anaknya gendut, kalo pake baju suka kegedean bajunya...,” tulis Dodi Yudistira, teman seangkatan saya yang juga pernah menjadi guru almarhum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline