Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Kisah Mencekam dari Selembar Struk Starbucks Skyline Jam 10.39 (#terorJakarta)

Diperbarui: 20 Januari 2016   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tanda terima dari Starbucks Skyline ini dicetak beberapa menit sebelum sebuah bom meledak pada hari Kamis (14/1) kemarin, sekitar pukul 10.50 WIB. (Sigit Prakasa)"][/caption]Acara diskusi yang dimulai dari jam sembilan pagi itu hampir rampung. Para peserta yang berasal dari tim IT beberapa perusahaan masih menyimak jawaban narasumber dalam suasana santai. Kondisi di dalam Starbucks Coffee Skyline terlihat penuh. Sedikitnya 35 orang memenuhi areal kedai kopi, 25 di antaranya berada di lokasi untuk mengikuti diskusi informal yang diadakan Esset Indonesia.

Ada sepasang warga asing yang sedang menikmati suasana pagi, dan tiga orang bule lainnya duduk santai di tempat terpisah.

Sekitar pukul 10.40, Sigit Prakasa (35) menerima struk pembelian croissant dari asistennya. Di lembar struk itu tertulis jam 10.39 (WIB). Tiga menit berselang, pesanannya datang. Sambil sesekali melempar pandangan ke jalan MH Thamrin, Business Development Manager Esset Indonesia itu menikmati croissant dan moccachino di hadapannya. Tapi baru saja sarapan paginya habis, menjelang pukul 10.50, sebuah ledakan tiba-tiba menggelegar kencang dari arah belakang. Telinganya terasa ikut meledak.

Sekonyong-konyong, Sigit yang bertanggungjawab atas kelancaran acara pagi itu tidak dapat mendengar suara gaduh di dalam Starbucks Coffee yang terletak di lantai dasar Gedung Skyline, seberang Sarinah, Jakarta. “Telinga saya langsung berdengung, Mas. Suara (ledakannya) kenceng banget,” cerita Sigit, saat saya hubungi via telepon, tadi sore.

[caption caption="Starbucks Skyline jadi saksi bisu baku tembak teroris-polisi yang berakhir dengan ledakan bom yang menewaskan para pelaku teror. (Google Maps)"]

[/caption]

Suasana seketika kacau. Semua orang yang ada di dalam kedai kopi, termasuk 16 orang peserta diskusi, lima orang karyawan Esset Indonesia dan empat orang mitra Esset, bergegas meninggalkan lokasi. Begitu juga dengan seluruh karyawan Starbucks yang sigap mengevakuasi siapapun yang ada di sana. “Sampai teman saya gak bisa balik untuk mengambil tas yang tertinggal di dalam,” lanjut Sigit.

Saat ditanya kapan waktu persisnya, Sigit yakin ledakan bom itu terjadi sebelum jam 10.50. Karena sesaat setelah semua orang berada di luar, seorang temannya langsung menelepon keluarganya, dan di teleponnya jam panggilan keluar tercatat tepat pukul 10.50 WIB.

Setelah itu, pria kelahiran Semarang ini mendengar empat kali suara letusan dari arah Jalan MH Thamrin. Tapi karena fokusnya waktu itu adalah mengumpulkan dan memastikan anak buahnya dan para peserta diskusi aman, Sigit tidak begitu memperhatikan apa yang sedang terjadi. Termasuk berapa orang yang menjadi korban.

[caption caption="Sigit B Prakasa. (Sigit Prakasa)"]

[/caption]

“Saya tidak tahu dampak dari ledakan itu seperti apa. Tapi saya sempat melihat ada api keluar dari titik ledakan, setelah itu ada asap,” katanya.

Akibat ledakan tersebut, salah seorang karyawan Esset, Adi Saputra (30), terkena serpihan kaca. Bagian pelipisnya terluka dan mengeluarkan banyak darah. Tanpa berpikir lama, Sigit segera memerintahkan supirnya, Pak Yo, untuk membawa Adi ke rumah sakit. Sambil membantu Adi, Sigit juga melihat temannya yang lain menolong warga asing yang ikut terluka akibat ledakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline