Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Gara-gara Internet, Hotel Mewah Hapus Layanan Video Porno

Diperbarui: 19 Oktober 2015   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Salah satu Kamar Hotel Hyatt (www.hyattdevelopment.com)"][/caption]

Seiring dengan semakin murah dan mudahnya akses ke internet, para konsumen sudah meninggalkan media-media non-online dalam menikmati konten dewasa. 

Seperti saya ulas sebelumnya, simbol media seks sekaliber Playboy pun memutuskan untuk meninggalkan gambar telanjang demi meraih kembali kejayaannya 40 tahun silam, atau setidaknya demi bertahan dari evolusi internet di industri media dan hiburan.

Di dunia perhotelan, konten porno yang biasanya dijajakan di kamar-kamar lewat produk bernama on-demand video (film berbayar yang bisa ditonton lewat televisi sesuai permintaan tamu hotel) juga mulai ditinggalkan para pebisnis hospitality.

Hotel Hyatt, seperti diberitakan oleh Mashable, minggu lalu mengumumkan penutupan layanan hiburan orang dewasa dari kamar hotel. Mengikuti jejak Mariott dan Hilton yang sudah melakukannya jauh hari sebelum Hyatt ‘kembali ke jalan yang benar’.

“Konten ini tidak akan diperkenalkan di hotel-hotel baru Hyatt, dan akan dihentikan atau dihilangkan secara bertahap di semua hotel,” demikian penjelasan dari Hyatt, minggu lalu (14/10), seperti dikutip Mashable.

Penyebabnya lagi-lagi bukan soal moralitas, tapi terkait nilai bisnis yang terus turun. Pendapatan dari produk hiburan yang ditawarkan para penghuni kamar menurun dari tahun ke tahun. Paa tahun 2000, pendapatan sewa film (semua kategori film) per kamar berada di angka rata-rata 339 Dollar AS per tahunnya. Tapi di tahun 2014 lalu, angka itu anjlok ke 107 Dollar AS.

Hotel Hilton sudah melakukannya sejak awal tahun lalu seperti diberitakan The Blaze. Hilton mengungkapkan, konten dewasa tidak sejalan dengan target masa depan perusahaan. Dan para pelanggan pun sebenarnya sudah mengajukan sejumlah keberatan kepada pihak hotel sejak 2013.

Sedangkan Marriott sudah meninggalkan praktek ini sejak beberapa tahun. “Kalau mereka mau konten seperti itu, mereka bisa mendapatkannya lewat komputer,” kata pimpinan perusahaan Bill Marriott yang juga tercatat sebagai anggota The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints kepada Associated Press, tiga tahun silam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline