Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Ini Kolom Komentar, Bung! (Sikapi Diskusi Tulisan dengan Bijak)

Diperbarui: 27 Juli 2015   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak hadirnya ruang terbuka online seperti blog, Facebook, Twitter, dan Path, banyak yang berubah dalam keseharian kita. Apa yang biasanya kita anggap tidak biasa dalam komunikasi, sekarang sudah jadi hal yang biasa.

Sebenarnya, komunikasi jarak jauh sudah ada sejak dulu. Sejak telegram dibuka untuk umum. Sejak wartel merajalela. Sejak layar ponsel belum berwarna. Tapi dulu, komunikasi jarak jauh masih dibatasi dengan biaya ngobrol per menit atau biaya teks per 160 karakter.

Sekarang tidak ada lagi perhitungan dalam berkomunikasi. Biaya pulsa sudah dikonversi ke dalam bentuk data. Kita bisa ngobrol atau menggerakkan jempol sesuka kita.

Semakin sering nelpon, semakin kita menganggap obrolan tatap muka tidak lagi dibutuhkan. Karena toh apa yang mau disampaikan sudah bisa disuarakan lewat seluler. Kita menganggap nelpon sama dengan obrolan tatap muka.

Semakin aktif memutar jempol, semakin kita menganggap diskusi tatap muka tidak lagi dibutuhkan. Karena toh apa yang mau disampaikan sudah bisa diketik di atas layar. Kita menganggap teks sama dengan nelpon, sama dengan diskusi tatap muka.

Padahal, tidak ada yang sama antara komunikasi suara, teks dan tatap muka!

Diskusi Tulisan

Di sini, saya ingin mengerucutkan pembahasan ke komunikasi teks di kolom komentar. Yang saat ini sudah berubah menjadi tempatnya bertemunya banyak orang dalam membahas sebuah permasalah. Atau lebih tepatnya membahas sebuah artikel di blog ataupun status di Facebook.

Komentar, di semua tema obrolan yang sedang dibahas, kerap memunculkan hawa panas yang dirasakan oleh netizen lain yang sedang menikmati sebuah konten. Orang-orang saling membalas komentar dan sahut-menyahut tanpa henti.

Dalam tema yang hangat atau bahkan panas, seperti tema politik atau keagamaan, fitur komentar mendadak berubah menjadi forum diskusi tanpa moderasi atau penengah. Kadang, obrolan dua orang di kolom komentar jadi bertambah panas saat beberapa orang lainnya nimbrung di sana. Upaya saling bantah dan mempertahankan pendapat tak terbendung. Beragam cara ditempuh. Segudang logika digunakan. Fakta dan data disodorkan. Sekian banyak tautan disertakan.

Tapi sepanjang saya amati dan nikmati, banyak komentator yang menganggap dinamika di kolom komentar senyata diskusi di dunia nyata. Senyata orang yang memberi komentar dan mendukung atau membantah komentar tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline