Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

The Amazing Spiderman Harusnya Beredar Tahun 2002

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1341502966501203121

[caption id="attachment_186437" align="aligncenter" width="630" caption="http://www.theamazingspiderman.com"][/caption] Kemarin, saya nonton film keempat Spiderman yang oleh Sony Pictures digarap sebagai versi-ulang, bukan versi lanjutan dari tiga film sebelumnya. Nontonnya di studio IMAX yang menghadirkan layar super-gede dan visual tiga dimensi. Meskipun mata terasa pegal dan sering copot-pasang kacamata (karena saya tidak bisa nyaman nonton pakai kacamata 3D), pengalaman nonton kemarin (5/7) sore lebih berkesan dibanding nonton film sejenis di layar bioskop biasa. Usai nonton, saya bingung mau komentar apa. Dari segi garapan, "The Amazing Spiderman" yang dibintangi dengan baik oleh Andrew Garfield memberikan suguhan yang memuaskan. Mulai dari visual efek sampai detil kostumnya jauh lebih baik dari versi manusia laba-laba yang dibintangi oleh Tobey Maguire. Film ini juga berusaha hadir lebih masuk akal dan ilmiah, misalnya dengan adanya alat-penghasil-jaring di kedua lengan Spiderman. Tapi secara keseluruhan, film ini tidak lebih dari hasil revisi atas tiga film sebelumnya. Bukan film dengan versi beda seperti yang saya harapkan. Terus-terang, waktu melihat trailer-nya, saya membayangkan "The Amazing Spiderman" akan memberikan suguhan yang sama sekali berbeda seperti halnya "The Incredible Hulk" (Edward Norton) yang hadir setelah film "Hulk" (Erick Bana). Kesan sebagai versi revisi ini muncul lantaran film besutan sutradara Marc Webb itu benar-benar setia pada versi komik pertamanya. Pacar Parker di film tersebut adalah Gwen Stacy (Emma Stone) yang tak lain adalah pacar pertamanya. Sosok musuh yang dihadirkan juga sama dengan musuh pertama Spiderman versi komik. Film ini seakan ingin menunjukkan bahwa inilah versi paling shahih dari asal-muasal Spiderman--bukan seperti yang disajikan dalam film serupa, sepuluh tahun silam. Maka jadilah penonton seperti saya, yang sempat menikmati trilogi Spiderman bersama Maguire, geleng-geleng kepala--sambil menikmati aksi melayang Garfield yang disuguhkan secara lebih rasional. Beberapa revisi yang sangat mudah untuk diingat adalah adegan meninggalnya Paman Ben serta adegan di atas sasana tinju. Mari kita lihat apa saja yang direvisi di film keempat ini:

  1. Spiderman 1: Paman Ben meninggal karena ditembak oleh penjahat yang merampok uang di ruang bandar tinju, dan kebetulan Parker ada di ruang  tersebut dan dia merasa dizolimi oleh bandarnya | Spiderman 4: Paman Ben meninggal karena ditembak oleh penjahat yang merampok uang mini market, dan kebetulan Parker ada di toko tersebut dan dia merasa dizolimi oleh kasirnya.
  2. Spiderman 1: Parker berdiri di sasana tinju untuk menghadapi lawan tangguh demi mendapatkan uang tiga ribu Dolar, dari tempat inilah dia mendapat ide membuat kostum bertopeng. Spiderman 4: Parker berdiri di sasana tinju setelah berhasil meloloskan diri dari kejaran gerombolan preman, dari tempat inilah dia mendapat ide membuat kostum bertopeng.

Pergolakan batin antara sisi baik dan buruk musuh Spiderman juga hadir di Spiderman versi 2002 dan versi 2012. Bedanya, kali ini musuh Spiderman adalah Dr Curt Connors yang berubah jadi kadal raksasa. Akhirnya, daripada mengungkapkan rasa kecewa (karena kenyataannya film ini sangat menghibur), saya memilih untuk mengandaikan film "The Amazing Spiderman" beredar di tahun 2002 sebagai film versi perdana. Film ini toh pada akhirnya juga tidak ditutup dengan titik besar. Pesan bahwa setelah ini akan ada sekuel film sangat mudah ditebak. Tapi kalau ditanya apakah saya mau nonton kelanjutan "The Amazing Spiderman", saya akan menjawab, "Pasti mau!" Sambil berharap, sekuelnya nanti tidak lagi membuat saya terngiang-ngiang sekuel Spiderman-nya si Maguire.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline