Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Taksi di Rio de Janeiro

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14046977021753952182

[caption id="attachment_314384" align="aligncenter" width="560" caption="Taksi sedang melintas di samping laguna rodrigo de freitas / isjet"][/caption]

Taksi di kota Rio tergolong unik (dan mahal). Bayangin aja, dari Bandara Galeao ke kawasan Vila Isabel yang jarak tempuhnya hanya sekitar 20 kilometer, saya harus merogoh kocek 90 Real (sudah termasuk tips) atau lebih dari 450 ribu Rupiah. Dan secara umum, menurut teman-teman jurnalis yang sudah lebih dulu bertugas di Brasil, harga-harga di sini memang cenderung mahal.

Loh. Saya kok malah ngomongin harga ya. Sekarang kembali ke uniknya taksi di Rio. Soal harga, menyusul, berhubung saya baru menyicipi taksi dan makan malam yang dua-duanya memang mahal.

Berbeda dengan di Indonesia, taksi di Rio dimiliki oleh orang per orang. Ketika saya tanyakan ke Fillippe, supir taksi yang mengantar saya ke apartemen, ada berapa perusahaan taksi yang beroperasi, dia bilang tidak ada perusahaan taksi di kota ini.

Taksi dimiliki secara pribadi dengan cara mengajukan lisensi pengoperasian taksi ke instansi terkait. Saat ini terdapat sekitar 32 ribu unit taksi yang beroperasi di Rio de Janeiro. Dari beragam jenis kendaraan, mulai dari sedan sampai mini MPV. Warnanya kuning menyala dengan strip abu-abu.

Saat mampir di sebuah supermarket semalam, saya berpapasan dengan seorang wanita cantik usia sekitar 20 tahun yang sedang menuju taksi di parkiran sambil menenteng sekantong barang belanja. Karena sudah dapat penjelasan dari Fillippe, saya tidak kaget saat si wanita menyetir sendiri mobil itu.

Setiap satu taksi, jelas Fillippe, boleh dipegang oleh tiga orang supir. Tidak perlu ketiganya punya lisensi, karena surat izinnya menempel pada kendaraan. Tapi si wanita cantik tadi kayaknya sih bukan satu dari puluhan ribu supir taksi (nanti kalau ketemu supir taksi cantik, saya info lagi yaah...).

Kardiansyah, wartawan Kompas TV yang sudah hampir sebulan meliput Piala Dunia 2014, mengaku supir-supir taksi Rio umumnya ramah, baik dan tergolong jujur. “Aman-aman aja sih kalau naik taksi,” akunya.

Salah satunya ya si Fiillippe tadi yang langsung antusias begitu tahu saya dari Indonesia—karena dia kebetulan pernah tinggal beberapa bulan di Jakarta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline