Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Menggigil di Rio, Sauna di Dubai

Diperbarui: 22 Januari 2016   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14062630961628724247

[caption id="attachment_316758" align="aligncenter" width="600" caption="Pasar Tua Bur Dubai ini jadi saksi bisu saat saya dan Kang Ali makan takjil sambil sauna. (iskandarjet)"][/caption]

Waktu Maghrib sudah lewat beberapa menit. Perut yang baru saja diisi dengan takjil samosa dan dua botol jus kembali memompa peluh keringat, meningkatkan kelembaban di balik kaos polo yang saya pakai. Penganan khas Dubai yang beredar hanya di bulan Ramadhan itu lebih dari cukup untuk mengembalikan energi yang terkuras sepanjang hari.

Saya dan Kang Mukti Ali menguatkan langkah menuju masjid terdekat. Sebuah Masjid Raya yang terletak di jalan Ali bin Abi Taleb, Dubai. Yang pertama kita lakukan adalah mengambil air wudhu untuk shalat Maghrib. Saat beberapa anggota badan disiram air, kepenatan sepanjang hari berangsur hilang, tapi badan ini masih terasa lengket, basah dan gerah gak karuan.

Dan begitu pintu masjid itu dibuka...

Huuuusshh. Terjangan angin dari pendingin masjid itu sangat, benar-benar terasa sangat, menyejukkan. Sejenak saya lupa betapa panas dan lembabnya udara kota gurun ini.

[caption id="attachment_316759" align="aligncenter" width="600" caption="Kue Samosa dan jus jeruk dalam kemasan ini jadi penyangga perut sekaligus penambah peluh keringat. (iskandarjet)"]

1406263649243317684

[/caption]

***

Sejujurnya, tidak mudah menemukan masjid besar yang menaranya menjulang di belakang satu-satunya kuil Hindu yang berdiri tepat di pinggir anak sungai. Saya dan Kang Ali benar-benar butuh tenaga ekstra menuju ke sana, lantaran kaki ini, sesaat setelah waktu berbuka tiba, masih berpijak di lorong pasar tua Bur Dubai yang berada di sepanjang anak sungai Dubai (Dubai Creek).

Keringat sudah bercucuran dari sekujur tubuh. Saya perhatikan kedua tangan bermandikan keringat. Lalu saya ambil ponsel untuk mengabadikannya. Sore itu, ketika azan Maghrib bergema, tiba-tiba saya menemukan diri ini berada di pasar tua yang menjadi salah satu obyek wisata kota Dubai.

Ya, pasar tua itu sebenarnya punya banyak cerita dan kios-kios tua dengan papan nama yang khas bersiap menceritakan legendanya. Tapi Jumat (18/7) sore itu, saya sama sekali tidak menikmati kota tua Dubai. Yang saya 'nikmati' adalah sebuah wisata sauna dengan tingkat kelembaban yang begitu sempurna ditambah suhu udara mencapai 38 derajat celsius.

Saya merasakan perbedaan kontras saat pertama kali keluar dari bandara Dubai. Sungguh, apa yang terjadi di tanah gurun ini, tidak bisa Anda ceritakan kalah hanya melihatnya dari balik jendela pesawat, atau dari dalam bandara internasional Dubai yang dikenal sebagai salah satu bandara tersibuk dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline