Masih belum juga kering ingatan kita dengan revolusi Iran yang di komandani Ayatullah Rohullah Khomaini, yang mampu merobohkan tirani Syiah model Reza Pahlawi yang akhirnya tumbang di tangan Khomaini, yang sebelumnya ada di pengasingan. Khomaini menjadi Ikon sebuah kebangkitan paham tertindas dari sebuah peradaban yang usang dan penuh ceceran darah, pengkhianatan dan arogansi yang kelak mendasari teologi syiah Iran yang paling vokal membela keluarga Ahlul bait dengan menebar keyakinan anti sahabat sahabat Nabi yang pernah menjabat Khalifah, seperti Abu bakar, Umar, Usman dan pemerintahan sesudah Ali dan Hasan yang dipersepsikan sebagai gerombolan murtadin oleh para ulama ulam Iran.
Tidak ada seorangpun muslim yang tidak mau menerima takfir syiah terhadap sahabat dan tidak mau menerima Imamiyah model Iran [Kaum Rafidhah], melainkan masuk dalam kategore Nashibi yang halal darahnya, halal dirampas keluarganya, anak wanitanya dan hartanya. Karena prinsip syiah tentang nashibi, bahwa nashibi adalah kafir, yang kedudukannya di samakan lebih rendah dari sekedar sampah atau barang najis. Pola pemikiran yang dikembangkan dari revolusi iran diantaranya adalah mengembangkan karakter Imamiyah yang anti sahabat dan anti agama Islam model sunni, meskipun ada ahli sejarah yang berpendangan Syiah masih sedulur Islam, namun menerut kaca mata dangkas , sekedar melalui proses sejarah, bukan berdasarkan proses kitabiyah yang di tulis para pemuka syiah yang berjiwa antagonis. Mungkin kalau sekedar melihat dari inti permasalahan fiqih, juga masih memerlukan telaah mendalam sejarah cabang cabang syiah yang halal, namun khusu syiah produk Iran , tidak bisa lagi di pandang sekedar paham perbedaan fiqiyah, tetapi sebuah sudut pandang yang sengaja diperkenalkan kepada dunia guna menyeret muslim kedalam doktrin syiah.
Misalnya semacam Abi dan Ijabi, dua kelompok Syiah yang afiliatif anti para sahabat Nabi termasuk karya karya mereka, selain kitab kitab sunni lainnya menjadi sasaran takfir syiah, meskipun terkadang dengan terpaksa menghujjakan hadits sunni untuk pembenaran produk revolusinya. Kedua ormas tersebut bersusah payah untuk menggiring muslim masuk dalam lingkaran syiah, melalui fosil fosil doktrin syiah yang menjunjung dinasti Ali dan keluarganya sebagai tolak ukur beragama, dengan mengenyampingkan para perawi hadits dari sahabat sahabat yang dikafirkan syiah. Meskipun di satu sisi tidak adil menempat kedudukan, karena sebatas mengutamakan keturunan Husein yang secara DNA Iran Husein lebih terikat dengan seorang wanita bangsawan Iran yang melahirkan anak cucu Husein, dan tentu saja tidak berlaku kepada keturunan Hasan, karena tidak ada seorangpun dari keluarga Hasan bin Ali yang lahir dari kandungan wanita bangsawan Iran, yang pernah menjadi musuh bebuyutan Islam waktu itu.
Layaklah kalau kemudian jabatan Husein lebih berarti bagi bangsa Irang yang memang anti islam awalnya, lahirnya ulama ulama hadits model syiah yang menadingi ulama ulama hadits model sunni, akhirnya membedakan Islam dan Syiah, terlebih pengingkaran Mushaf Utsmani dilakukan syiah dan menuduh para penulis Al-Quran sebagai musuh syiah juga, akhirnya harus menempatkan Quran sebagai kitab Allah yang cacat bagi syiah, selain hadits yang dimata syiah keimanannya tidak di akui karena sebab para perawi hadits sudah dikafirkan seluruhnya, sehingga tak bersisa sedikitpun untuk mengakui Islam sebagai agama, selama tidak mengakui Imamiyah, bahkan pemeluknya dianggap bati oleh syiah >
Sudah pasti ajaran syiah dan titik bengiknya merupakan produk baru yang mengatas namakan Islam, meskipun satu tuhan yang sama dan satu nabi yang sama, namun beda dalam menempatkan Allah dan Nabi hanya sebatas bisa di pandang dari kacamata syiah yang mempopulerkan produk Imamiyah Syiah. Itulah sebabnya majelis Ulam dengan tegas menyingkap penyelewengan syiah melalui buku yang dikeluarkan oleh MUI. Dan Himbauan MUI tentang syiah ini sudah di muat beberapa kali, termasuk peringatan MUI terhadap bahaya syiah yang bisa merusak aqidah, dan sekedar menjadi alat Iranisasi Muslim Indonesia dengan tujuannya kembali ingin mewujudkan Persia raya, dengan merebut simpati muslim di NKRI ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H