[caption id="attachment_368406" align="aligncenter" width="602" caption="Darurat Palsu"][/caption]
Kocaknya pemerintahan Jokowi, melenggang dengan sempurna menuju kursi RI 1, disambut heforia pesta pendukungnya yang sekedar melihat sosok Jokowi yang lucu, berpenampilan sederhana, pakaian kotak kotak mencerminkan sosok Jokowi yang merakyat, begitu bisikan mereka, walaupun sejak duduk di kursi Presiden, Jokowi sangat prestasi dalam program penggusuran, pemandulan KPK dan berbagai skenario lainnya yang tak lepas dari sosrotan lensa wartawan, pemantau utama lelucon pemerintahan Jokowi yang menggunakan "Drunken Master".
Tidak perduli dunia hukum hancur, yang penting bisa menyelamatkan diri dari huru hara birokrasi yang akan menyeretnya mundur, kedudukan baginya lebih penting, meskipun tanpa prestasi, bahkan menggali lubang yang semakin besar, membuat nyawa setiap penduduk Indonesia makin terjerat hutang Jokowi. Angka 6 % yang menjadi target sirnalah sudah, tinggal hutang hutang yang menumpuk terus menjadi gurita yang mencengkram rakyat Indonesia.
Kemiskinan melesat jauh, seiring penggusuran rumah rumah dan warung warung di seluruh Jakarta yang dilakukan sejak sebagai Gubenur Jakarta. Pemiskinan rakyat makin menjadi lebih terbuka dengan sekedar kartu BPJS yang hanya menguntungkan pemerintah dan merugikan banyak orang. Karena pada intinya BPJS sama dengan tabungan beresiko, karena kalau menabung terlambat terkena sangsi. Itu karya biasa yang tidak banyak memberikan arti bagi mayoritas bangsa ini.
Disisi lain Jokowi sebagai kepala pemerintahan tidak mampu mengubah perangai kalangan birokrasi, bahkan bersekutu dengan kesalahan banyak orang, seperti kasus Budi Gunawan, kasus KPK, yang lebih pada trendy politik PDIP yang turut andil dalam penggusuran KPK versi Abraham Samad, yang diaminkan oleh kepolisian. Terasa sekali aroma birokrasi yang miring dan tidak adil, membiarkan KPK hancur hanya dalam hitungan hari. Abraham Samad, Bambang Wajayanto, Novel Baswedan menjadi tersangka atas tuduhan kepolisian RI pada mereka. Namin disisi lain ada standar ganda, perlakuan emas terhadap Budi Gunawan, benar benar politik meregang nyawa.
Disisi lain pula muncul kasus PPP , Jokowi seolah benar adanya sebagai pemecah belah partai ini, dengan mendatangi Muktamar PPP disurabaya, turut membuka acara tersebut. Hingga ada dua kubu kepemimpinan seolah dendam PDIP yang pernah terjadi sebelum reformasi, ketika ada PDI Suryadi dan PDI Megawati. Gambaran masa lalu ini yang seolah menjadi wahana pemikiran dan modal utama memeceh belah partai. Selain Golkar yang juga masuk perangkap "pecah belah", sebagai modal politik adu domba, dari bagian dendam masa lalu.
Belum lagi PSSI, menjadi ajang keserakahan menterinya, Nahrawi, bukan saja membunuh PSSI, tetapi juga menciptakan depresi dikalangan orang orang lapangan, termasuk juga menciptakan jumlah pengangguran. Herannya Jokowi sebagai seorang Presiden tidak melihat penderitaan dan dampak itu, seolah yang dilakukan Nahrawi menghancurkan persepakbolaan Indonesia itu benar. Tabiat kepemimpinan yang salah kaprah, bukan makin menguatkan PSSI tetapi justru mengaduk lembagai persepakbolaan itu dalam bola politik Jokowi juga. Tidak perduli sangsi FIFA lagi, yang ada hanya kepentingan pemerintahan Jokowi, nama Jokowi dan prestasi Jokowi, yang sebenarnya sangat menyakiti hati bangsa ini.
terlepas dari gonjang ganjing korupsi dan kolusi di PSSI, Jokowi dan timnya telah melakukan penodaan terhadap persepakbolaan Indonesia, melakukan aborsi, membunuh karakter orang orang lapangan hingga ketingkat depresi, dan menyuburkan praktek pembenaran dan tindakan tidak sportif dikalangan penegak hukum. karena hukum itu sendiri yang semestinya buta melihat siapa, sekarang membelalak menatap sebelah, yang menguntungkan. Kalau Jokowi menjatuhkan hukuman mati, itu kan peninggalan SBY, karya SBY yang tertunda, bukan karya Jokowi.
Ada lagi "beras palsu" bisa muncul dari kesadaran rakyat yang tidak terlalu pandai, lalu timnya Jokowi yang Indonesia hebat itu dimana, kerjanya apa, makan gaji doang, atau sekedar jalan jalan menghabiskan uang Negara, menikmati uang oprasianal kementrian saja, apa itu kerjanya, atau menghabiskan waktu berlibur saja, hingga tidak pernah tau kalau ada beras palsu, bahkan anehnya polisipun terkesan mau menutupi kasus ini, bahkan menyeret ibu yang menemukan beras palsu itu ke rana hukum, Inikah pemerintahan Indonesia hebat, hebat membohongi rakyat yang semakin menjadi korban pembusukan politik. Diikuti dokter kecantikan palsu dan Ijasa Palsu yang menjadi bursa saham dalam pemerinatahan Jokowi, sebenarnya apa sih kerjanya Presiden ?, sidak baru dilakukan menteri menteri berwenang setelah ada kasus beras palsu, konon ada pepatah "Sedia patyung sebelum Huja"........lah ini setelah hujan lebat, banjir terjadi dimana mana, baru sedia payung...lucu banget Pak Joko. Jangan jangan pemerintahan palsu ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H