Lihat ke Halaman Asli

Zulkarnain El Madury

Lahir di Madura pada tahun 1963,

Metro TV- Surya Paloh - Jokowi

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukti Anti Prabowo Metro TV Mengangkat Rival Prabowo, Wiranto

Alibi Metro TV itu adalah Alibi Surya Paloh yang tak pernah Obyektif, sejak koalisi dengan PDIP , menggalang kekuatan memenangkan Joko Widodo, patner partai yang tergiur tuk menjadi presiden, setelah melalui mimpi mimpinya, baik di Solo atau di Jakarta. Paling tidak kedua daerah tersebut  menjadi landasan pacu merebut kursi nomor satu NKRI, dengan pola uji coba. [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Bukti Anti Prabowo Metro TV Mengangkat Rival Prabowo, Wiranto"][/caption] Surya Paloh mantan Golkar yang oportunis lebih pada bentuk persaingan mencari tempat subur , yang bisa menjadi landasan pacu duduk dalam elita pemerintahan, setidak tidaknya bisa jadi menteri, meskipun tak jadi Presiden. untuk tujuan politiknya itulah, segala cara ditempuhnya, sekalipun menggadaikan iman dan media TVnya yang tak bisa neteral selama pilpres. Metro TV  sebagai medianya, bukan saja penuh dengan lukisan Jokowi, tetapi sengaja menciptakan opini, turut membangun citra Jokowi, seolah adalah anak bangsa yang banyak meraih Pretasi memimpin Negeri, meskipun kenyatannya hanya "ember" belaka. tak ada bukti baik di Solo ataupun di Jakarta. Kebutuhan politik Yang mendesak, bagi Surya Paloh harus mampu mencari kendaraan yang bisa mengantar dirinya berlabuh di Distinasi, bersama media Metro TV-nya berusaha meraih citra dan nama. Sebenarnya jauh sebelum Nasdem jadi partai dan belum bergabung dengan PDIP. Metro TV itu tidak berhenti menayangkan retorika Iblis [ Ana Khairun Minhu] : " Aku lebih baik darinya" , tidak berhenti membangun citra dirinya, seolah seorang demokrat yang sangat paham demokrasi, sekalipun hanya liptick service belaka, agar dunia bisa membaca, bahwa seorang Surya Paloh adalah sosok Bung Karno. Sehingga dalam semua mimbar mimbar Nasdem di berbagai daerah kunjungan Surya Paloh, selalu bicara Restorasi Demokrasi atau sejenis restoran lainya. Seperti pujangga yang lata dan baru mengenal bahasa, Surya Paloh banyak mengangkat Istilah, walapun hanya sebatas keinginan merebut suara. Jelas mimpi "jadi Presiden" tak lepas dari angan angannya sebagai orang partai, paling tidak bisa melipur laranya selama di golkar yang tak pernah mampu menembus harapan menjadi orang terpilih di Golkar, hingga yang paling mengesankan ketika "Metro TV tak menyediakan tempat bagi karyawan Metro TV yang berjilbab, adalah bagian dari gaya dramatis Surya Paloh yang alergi Islam. Nasdem yang mulanya di bangun sebagai kontruksi bangunan sosial dengan aksi aksi sosial model Surya Paloh, akhirnya tak meyakinkan tokoh Seperti Hamengku Buwono yang merasa Nasdem sudah keluar jalur, yang mendesak Hamengku Buwono meninggalkan Nasdem. Sangat tidak reformatis, karena Surya paloh yang jebolan Golkar adalah antek orde baru yang tak banyak kiatnya dalam reformasi. Lebih pada sosok "Bunglon" yang mencari jejak ke Istana. Hasilnya, ketika di pastikan meraih Suara yang cukup menyenangkannya sebagai partai baru, Surya Paloh mengintip sosok Jokowi yang di pandang bisa mengantar dirinya duduk di Kursi panas {menteri} dengan gadang gadang Jokowi lewat media Metro TV-nya , mungkin masuk tv rekor muri, yang paling banter, selama 24 jam membesar besar sosok Jokowi, ibarat gading yang tak retak, Jokowi menjadi lukisan dan cerita menawan yang dikemas dengan berbagai bumbu bisnis politik, di samping gambaran jelek lawan politiknya, Prabowo. Kalau ada judul tulisan seorang sahabat Kompasiana Sono Rumekso : "TVOne Yang Subyekti Dan Metro TV Lebih Obyektif", mungkin perlu telaah lebih jauh, apa mungkin media Metro TV bisa bertindak adil dalam berita, ketika memilih kekasih Jokowi, bukankah keterikatan itu membuat orang buta yang lain dan melihat pilihannya harus dipandang baik, dalam keadaan apapun, karena itu resiko pilihan. Jadi tulisan obok obok TVOne Subyektif saja, untuk mengesankan tampilan Metro TV Obyektif adalah bagian yang kurang Obyektif ketika memandang yang dianggap subyektif. Karena yang terjadi, TVOne selama Pilpres lebih banyak menayangkan "Sepak bola" , tidak seperti Metro TV yang siang malang, tak mengenal waktu menayangkan dan mengulas sosok Jokowi. Metro TV tak bisa melepaskan pakaiannya dari sebuah partai yang membelitnya, atau lebih tepat disebut Nasdem TV atau Jokowi TV, atau apa sejenisnya yang lebih menarik. Bukan seperti komentar Surya Paloh puluhan tahun yang lalu, yang bercita cita membesarkan Metro TV seperti layaknya CNN. Tetapi kenyataannya Metro TV bagaikan pungguk merindukan bulan. Jangankan CNN, sekelas TVOne saja belum




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline