Lihat ke Halaman Asli

Magiri' dan Bissu yang Memiliki Semua Jenis Kelamin

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13343154881669497674

BISSU, yah begitu orang menyebutnya. Sosok yang jika dilihat secara empiris, orang akan mengatakan mereka adalah Waria. Suara yang mendayu - dayu, gerak - gerik tubuh melengkung lembut, serta senyum menggelitik yang kadang mereka berikan kepada siapa saja yang mereka sapa. Namun siapa sangka, jika Bissu mengklaim dirinya bukan waria, tomboy, pria bahkan wanita, mereka (bissu) mengaku adalah keselurhan kombinasi jenis kelamin ada pada dirinya. Walaupun salah satu dari mereka ada yang berjenis kelamin wanita tapi sudah mengalami monopouse. maka dari itu mereka juga mengklaim dirinya mahluk yang suci. Konon merekalah yang menjadi jembatan komunikasi antara dunia nyata dan alam dewata atau gaib (baca :LA GALIGO ). Menjadi Bissu-pun tidak mudah, mereka harus di rebahkan (di matikan ) selama 7 hari 7 malam tanpa makan dan minum. Boleh di katakan di pingsang-kan selama 7 hari 7 malam barulah bisa menjadi Bissu.

[caption id="attachment_174418" align="aligncenter" width="512" caption="Para Bissu Sedang Bersiap - siap Melakukan Ritual"][/caption] Saat itu saya hadir pada acara persiapan Mappalili (turun sawah) di Desa Bonto Mate'ne - Kecamatan Segeri - Pangkep - SULSEL. Salah satu syarat dalam acara tersebut, harus melakukan Magiri' di rumah Arajang (rumah yang dimana kayu arjang disimpan sekaligus menjadi rumah pimpinan bissu) selama 3 malam secara berturut - turut. Maggiri' merupakan ritual yang dimana para Bissu menusuk tangan, leher, mata hingga tenggorokan dengan keris. Dalam acara ini Bissu-lah yang menjadi lakon utama. Kali ini sebanyak 5 Bissu hadir dengan busana khas nya (Biasanya ada 20 an lebih bissu yang hadir), yang pimpinannya disebut Puang Matoa. Puang Matoa Upe' merupakan calon pemimpin baru yang karena pimpinan sebelumnya bernama Puang Matoa Saidi telah meniggal dunia saat menghadiri pentas LA LIGO. Konon Puang Matoa Saidi pernah berpesan, ada 9 tumbal manusia akan meninggal nantinya jika LA LIGO di pentaskan, namun ternyata dialah salah satunya. Sebelum melakukan pesta Maggiri' mereka melakukan ritual membakar dupa di depan Arajang yang di tutup dengan daun pisang (kayu bajak sawah yang di keramatkan). Hentakan gendang tradisional pun di bunyikan, yang sepertinya memilki irama tersindiri. Semua bissu berdiri dan secara perlahan mengelilingi arajang. Terlihat pandanganya kosong seperti orang kesurupan dan sesekali melihat orang yang ada di sekitarnya dengan penglihatan tajam. [caption id="attachment_1199" align="aligncenter" width="512" caption="Puang Upe ( Merah ) Sedang Melakukan RItual Dengan Parang Pusakanya"][/caption] [caption id="attachment_1200" align="aligncenter" width="512" caption="Bissu Lainya Ikut Melakukan Ritual Sebelum Maggiri"][/caption] Puang Matoa menyanyikan lagu yang separuh liriknya "Yaa Saboo Yaa Sboo .. Aju Betti' ... ". Konon katanya, lagu itu merupakan nyanyian LA GALIGO sewaktu ia masih kecil saat digendong ibunya. Entah apa yang ada di alam khayalku, saya cukup merinding mendengar lagu itu. Suasana malam dan asab dupa - dupa cukup menghidupkan suasana yang sangat mistik. Gendang dihentakkan semakin keras dan tempo di percepat. Satu persatu para bissu mengeluarkan keris yang kira kira panjangnya 30cm sampe 40cm. Mereka mulai menusuk telapak tanganya sendiri. Sambil menari - nari dan mengelilingi Arajang, para bissu menikmati alunan gendang. Sesekali ia mendekati dan meletakkan tanganya diatas salah satu tamu yang hadir kemudian menusukkan kembali keris ketelapak tanganya. Maksudnya mungkin biar jelas, kalau keris yang menusuk tanganya tidak tembus dan berdarah sama sekali atau bisa katakan mereka kebal senjata tajam. [caption id="attachment_1201" align="aligncenter" width="512" caption="Puang Matoa Upe Mulai Mengelilingi Arajang Sambil Menyanyikan "][/caption] Suasa makin tegang dan sayapun ikut tegang. saat keris di arahkan ke lehernya tepat di sudut kerongkongan. Saya tiba - tiba saja menghayal, apa jadinya jika salah satu bissu singggah di saya dan tanpa sadar kerisnya mendarat di leherku. Oh Tidak !!!. Sepertinya khayalanku nyaris terwujud. Bissu itu berhenti di depanku, namun ia tidak menancapkan kerisnya ke leherku, hanya saja mensentakkan kaki kanannya berkali kali di depan ku. Entah apa maksudnya, tapi ketakutanku bergeser, yang tadinya takut karena keris mendarat di leherku menjadi takut karena nanti rumah arajang yang merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu akan rubuh. Semakin lama ketakutanku hilang, berubah menjadi kesalutan dan terpesona terhadap para bissu, karena begitu kereatifnya mereka berlaga dengan keris. ada yang bongkok, ada yang tidur lalu memutar - mutar badanya padahal kerisnya masi menempel di tenggorokanya. (Lihat Video di Akhir Tulisan) Suara orang rebah tiba - tiba terdengar, dan semua para tamu terdiam dan kaget. Saya coba menengok, ternyata Puang Upe' rebah dan kesurupan. Puang Upe berteriak dengan dialog bugis yang tidak begitu jelas apa yang di katakan. Puang Upe segera di angkat dan di masukan ke dalam kamar. Salah satu orang tua yang duduk disebelahku tiba tiba bertepuk tangan dan berteriak "pura ni'" yang maksudnya sudah selesai. Beliau merupakan penanggung jawab acara. Acarapun terhenti, dan Puang Upe keluar dari kamar dan kembali duduk di depan Arajang semabari membacakan doa - doa yang saya tak tau apa ia katakan. Piring kosong pun di gilir ke para tamu termasuk saya, untuk di berikan uang ala kadaarnya. Yah sayapun memberikan uang Rp 2.000 itupun di pinjam dari teman KKN di sebelah karena lupa bawa. hehehe. Tapi setelah berlalu satu piring datang lagi piring baru, wah ternyata setiap bissu memilki piring tersendiri untuk diberikan uang ala kadarnya. Saya jadi tidak enak ma bissu yang lain karena saya tidak menyumbang sama sekali. Setelah habis piring datang lagi kotak - kotak seperti tempat uang, yang ternyata milik Puang Upe'. Saya coba tengok ke kotak itu, wah ternyata sudah ada uang Rp. 100.000. Sepertinya yang memberikan uang itu orang yang sudah berpenglaman tentang maggiri'. Saya coba menanyakan kepada bapak di sebelah saya yang merupakan penaggung jawab acara, apa maksud piring atau kotak itu, beliau menjawab. "Itu adalah SAWER, kasihlah ala kadarnya" [caption id="attachment_1204" align="aligncenter" width="512" caption="Menyempatkan Foto Bersama Puang Upe (kanan saya) dan Bissu yang saya tidak tau namanya heheh (kiri saya). Wanita Wanita Lainya Adalah Saudara KKN saya."][/caption] [caption id="attachment_1205" align="aligncenter" width="512" caption="Versi Tanpa Puang Upe"][/caption] Para bissu pun masuk ke dalam kamar kemudian keluar lagi setelah berganti pakaian. Saya bersama tamu - tamu lainya ber - Tudang Sipulung (duduk bersama) sambil menikmati kue kue manis, yang maksudnya biar nanti kehidupan kita bisa jadi lebih manis. NB : Nantikan kisah tentang Mappalili dan Arajang. #SALAM Iskandar Zulkarnaen | http://kumisjaim.web.id Berikut Video nya :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline