Lihat ke Halaman Asli

3 Lembar Kertas Untuk SD Tengah Empang (part 1)

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Iskandar Zulkarnaen

Mengenang saat dimana diadakan lomba cerdas cermat antar Sekolah Dasar (SD) tingkat kecematan Segeri - Pangkep - Sulsel yang di sengelarakan oleh Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muslim Indonesia (UMI) angkatan 48. Kami Mahasiswa KKN yang merupakan panitia menyepakati jika seluruh SD yang berada di Segeri harus ikut, walau SD itu berada di ujung gunung maupun di ujung laut. Dikarenakan ruangan dan waktu sangat tidak mencukupi dan total SD di Segeri 22 yang setiap SD mewakili 3 peserta itu terlalu banyak.  maka kami harus mentaktisi agar bisa lebih meminimalisir banyak peserta. Teknisnya, hari pertama ada tes tertulis yang di lakukan di setiap sekolah, dimana soalnya di bawah oleh panitia di masing masing sekolah. Kemudian hasilnya akan di rampung kembali dan di cari 9 SD yang memiliki nilai tertinggi akan mengikuti lomba di kecamatan Segeri. [caption id="attachment_1157" align="aligncenter" width="500" caption="Salah satu peserta lomba cerdas cermat tingkat kecamatan Seger - Pangkep - Sulsel"][/caption] Karena saya bersama 3 kawan saya lainya Takdir, Idiel dan Anto, mendapatkan lokasi di SD Gusung yang letaknya berada di tengah empang yang dimana hanya dua akses jalan menuju kesana. Pertama lewat pematang empang dan kedua membelah sungai dengan menggunakan perahu rakit yang jika di tunggangi 3 orang, akan mengalami oleng. cukup 2 saja, baru bisa seimbang. Kami berempat, sepakat untuk melewati akses membelah sungai walau salah satu dari kami tidak punya mujizat sepertih nabi Nuh. Hanya satu dari kami berempat yang memiliki mujizat menjadi marcopolo kami, yaitu Anto. yang katanya di kampungnya wakatobi, perahu rakit di jadikan permainan saja. Sah... Sekitar pukul 11.oo kita coba observasi mencari perahu mana yang boleh di pinjam, dan di tunjukanlah oleh warga, jika ada perahu salah satu guru yang biasa di pake oleh para guru - guru yang ingin menyembrang. Kami menuju kearah bibir sungai. Di dekat perahu terlihat Ibu - ibu berpakaian dinas warna hijau yang mulai dari mata kaki hingga lutut di lumuri lumpur hitam sedang menggendong anaknya. Kami mendekat lalu bertanya. "Bu' kapal apa bisa di pake menyebrang keseblah ? " "Itu nak, kapal warna biru" "Ibu guru yah di sebelah ?" "Iya nak, kamu mau menyebrang kesebelah yah ?" "Ia bu' kami mau bawa soal cerdas cermat, untuk SD Gusung" "Wah, kayaknya muridnya sudah pulang dan kepala sekolahnya sudah pulang, besok saja kalau mau datang" "Waduh, iya bu' Makasih banyak bu', tapi btw, kaki ibu setiap hari yah berlumpur seperti ini ?" "Iya nak, inilah kesahrian saya" "Bagaimna dengan kapal kecil itu, aman - aman saja atau pernah sebelumnya terbalik?" "Aman sih aman, tapi biasa terbalik juga" "Waduh , maksih banyak infonya bu' besok kami kembali" Esok hari ... Klik disini untuk lanjut part2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline