Lihat ke Halaman Asli

Jangan Panggil Saya Pelacur ( Part 1 )

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sosok wanita merupakan mahkluk yang sangat di agungkan pria dan manusia lainya. Dia melebihi pahlawan devisa yang banyak telah tersiksa di negeri jiran. Perjuangan bertahan hidup untuk mengandung dan melahirkan sosok manusia suci dari rahimnya merupakan sebagian kerjas keras yang kemudian nantinya akan mendidik dan mebesarkan amanah yang telah diwajibkan olehnya. Yah, itulah wanita, yang dimana saya akan ceritakan nantinya.

Jari – jarinya menari diatas keyboard yang tak sesekali tangan kanan menganyugkan gelas kopi kemulutnya, bak menjalin cinta dengan laptop, dunia ini seakan milik dia dan laptopnya. yah, begitulah sedikit deskripsi paradigma orang jika melihatku. Oh iya, perkenalkan namaku Saladin. Saat ini baru saja saya menjadi mahasiswa baru. Demi melanjutkan cita – cita untuk bisa tetap bertahan kuliah, saya membuka jasa sebagai servis panggil disalah satu kota mertropolitan yang nanti akan saya sebut namanya.Di kota, saya hanya mempunyai modal keterampilan memperbaiki laptop dan komputer yang tak lain ilmu itu saya dapatkan dari SMK yang berada di desaku dahulu. Sebenarnya saya telah putus kuliah karena orang tuaku hanyalah petani yang tak mampu membiayai uang kuliahku. Tanpa putus asa dan ragu, saya memberanikan diri untuk kuliah dan membianyai sendri dengan cara menjadi tukang servis laptop di kota tempat ku berada sekrang ini.

Sudahlah, cukup sudah curhatanku, disini saya akan bercerita tentang user-ku ( pelanggan ) yang laptopnya ingin diperbaiki. Awalnya sore itu dia menghubungi ku melalui sms.

“Mohon maaf, benar ini servis laptop”

“Iya benar, ada yang bisa dibantu ? ” , jawabku dengan agresif.

“Laptopku rusak, tapi tak tau ini rusak kenapa”

“Oke, silahkan kirim alamat lengkap, saya akan datang ketempat anda”.

“Rumahku di jalan dibelakang jalan Nusantara yah, saya tak tau ini jalan apa, hubungi saja kalau kamu sudah di jalan nusantara”

“Oke, seep, sebenetar malam sekitar jam 07.00 saya kesitu”

Walau pernyataan terakhir memilki makna yang bisa saja menyasarkan saya saat menuju tempatnya, saya tak akan perduli ini demi mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup. Dengan segera saya mandi dan berpakaian rapi meluncur ke jalan nusantara yang ada di kota Makassar. Pukul 07.18 malam saya tiba di lokasi, saya ingin menelfon tapi ada yang sedikit menjanggal yang harus saya mulai dengan kata apa. Entah menggunakan kata Pak atau mbak, saya lupa juga menanyakan jenis kelaminya. Yah, aku anggap saja dia punya dua jenis kelamin. Kucoba hubungi.

“Halo…”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline