Lihat ke Halaman Asli

Singkat Cerita

Yang kurasa dan kujalani

Andai Pengelola BUMD Bisa Lebih Kreatif

Diperbarui: 5 Januari 2022   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: news.detik.com

Hari ini Selasa 04 Januari 2022 hati ini merasa miris dan sedih dikarenakan membaca berita online dari DetikNews dengan judul "Bus Transmusi Palembang Berhenti Beroperasi, 200 Pegawai Dirumahkan-Dipecat".

Miris dikarenakan kami masyarakat Palembang sedang mulai belajar memanfaatkan transportasi masal yang disediakan dan dikelola pemerintah guna menyiasati kemacetan kota Palembang yang semakin parah, selain dari usaha penghematan biaya transportasi yang dirasa makin mencekik ikat pinggang perekonomian masyarakat.

Sedih karena mengetahui ada banyak orang yang kehilangan harapan perbaikan ekonominya setelah dihantam pandemi selama kurang lebih dua tahun lamanya, tetapi pada saat negara sedang pada tahap pemulihan ekonomi, justru harus kehilangan pekerjaan dan mata pencahariannya.

Sejatinya masyarakat Palembang menyadari sumber permasalahan yang menyebabkan berhentinya operasional Bus Transmusi, bukan hanya dikarenakan BUMD tersebut  dari tahun ke tahun, selalu menanggung rugi biaya operasional dan hanya mengandalkan subsisdi anggaran pemkot kota Palembang untuk menutupi defisitnya.

Masyarakat Palembang sangat tahu bahwa sejatinya pengelola BUMD Transportasi Masal Kota Palembang kurang kreatif dalam menggali potensi-potensi pendapatan dari aset yang dimilikinya dan kegiatan operasional yang dikelolanya.

Seandainya pengelola BUMD angkutan transportasi masal kota Palembang mau lebih kreatif dalam menghasilkan pundi-pundi pendapatan yang menguntungkan, antara lain melalui :

- Pengaturan trayek transportasi agar tidak menumpuk di satu ruas jalan saja, sehingga selain mengurai kemacetan dijalan-jalan protokol, juga dapat mengakomodasi kebutuhan transportasi di jalan-jalan sekunder.
- Melakukan koneksi dengan moda transportasi lainnya, antara lain dengan LRT Palembang menggunakan sistem tiket terusan.
- Melakukan co-branding promosi atau periklanan pada media badan bus/mobil angkutan dan tiang-tiang penyangga rel LRT Palembang.

Akhir kata semoga pengelola BUMD angkutan masal jalan raya dan pemerintah kota Palembang dapat menyiasati permasalahan diatas dengan lebih bijak, dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya dan dalam rangka mengatasi masalah kemacetan di kota Palembang yang semakin parah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline