Lihat ke Halaman Asli

Iskandar

Mahasiswa Program Studi Agribisnis

Masa Pandemi, Coba Lakukan Bercocok Tanam di Pekarangan Rumah

Diperbarui: 25 Juni 2021   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

iskandar.binromli20@mhs.uinjkt.ac.id

Pendahuluan

Pandemi COVID-19 atau coronavirus disease 2019 masih melanda kehidupan masyarakat. Tak heran, jika banyak kegiatan yang dilakukan hanya dirumah saja. Dalam mengisi waktu luang, beberapa orang memutuskan untuk berkebun. Dilansir dari halodoc.com manfaat terpenting dari berkebun ialah merawat kesehatan mental dan menjadi salah satu cara mengurangi stres. Sebab, dengan berkebun atau bercocok tanam dapat membantu tubuh lebih rileks dan pikiran menjadi lebih tenang.

Bicara mengenai bercocok tanam di pekarangan, tentunya banyak inovasi dari beberapa kalangan. Salah satu inovasinya ialah memanfaatkan barang-barang bekas / sampah menjadi wadah atau media bercocok tanam. Dengan begitu, kita turut menyelamatkan bumi dari dampak negatif sampah itu sendiri. Tahukah kamu? Bahwa ada beberapa jenis sampah yang sulit terurai dari sampah kita. Diantaranya yaitu, plastik, botol plastik, ban bekas, kaleng dan lain sebagianya. Jenis-jenis sampah tersebut sangat sulit terurai secara alami oleh alam.

Menurut Oktaverina (dalam Fitriana & Soedirham, 2013) dampak yang ditimbulkan dari tidak adanya pengelolaan sampah yang baik yaitu gangguan kesehatan seperti penyakit diare, kolera, tifus, demam berdarah, serta penyakit jamur kulit. Selain itu, dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, debu gas-gas beracun dari hasil pembakaran sampah, bahkan asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah plastik yang bersifat karsinogen dapat memicu kanker, perubahan warna dan bau air sungai, serta penyebaran mikroorganisme yang dapat mencemari sumber air. Dengan demikian, kita harus dapat mengelola sampah dengan bijak. Oleh sebab itu, yuk kelola dengan bijak sampah-sampah kita. Lantas, apa kaitan sampah dengan pekarangan? Yuk simak ulasan berikut ini.

Pekarangan rumah

Setiap rumah atau tempat tinggal pasti memiliki  sebuah pekarangan dengan luas yang beraneka ragam. Namun, sebagian orang pasti merasa kesulitan dalam hal mengolah pekarangan tersebut, dan sebagian lagi merasa acuh tak acuh terhadap pekarangannya. Padahal, banyak sekali manfaat yang dapat kita petik dari mengelola pekarangan itu sendiri. Terlebih menggunakan barang-barang bekas yang ada dirumah, tentunya lebih ramah lingkungan.

Perkarangan adalah lahan terbuka hijau yang berada di sekitar rumah tinggal. Pekarangan merupakan agroekosistem yang sangat baik serta mempunyai potensi dalam mencukupi kebutuhan hidup di kalangan masyarakat (Riberu, 2020). Menurut Solihah (dalam Arifin,2013) adapun fungsi dasar pekarangan secara sosial ekonomis, yaitu produksi secara subsisten, dimana pekarangan dapat menghasilkan produksi untuk komersiil serta memberi tambahan pendapatan keluarga terutama pada daerah yang mempunyai akses pasar yang baik dan berpeluang besar. Pekarangan juga dapat berfungsi sebagai lumbung hidup atau warung hidup, baik lumbung pangan maupun lumbung gizi dan juga sebagai apotek hidup.

Terdapat beberapa manfaat dari mengelola pekarangan rumah kita. Berikut ini manfaat dari menghidupkan pekarangan yaitu (Riberu, 2020):

  • Pekarangan sebagai penjaga lingkungan dan paru-paru lingkungan. Hal itu disebabkan tumbuhan pekarangan dapat menghasilkan oksigen yang baik sehingga kualitas udara di rumah menjadi cukup bersih.
  • Pekarangan sebagai sumber pendapatan dan perbaikan gizi bagi anggota keluarga karena pekarangan dapat memberi peluang tambahan pendapatan bagi kita.
  •  Pekarangan dapat menambah keindahan rumah karena pekarangan yang tertata rapi akan memberikan kepuasan batin pemiliknya.

Barang bekas yang dapat didaur ulang (Oktaviani et al., 2020)

Barang bekas yang dapat didaur ulang serta dimanfaatkan secara langsung dalam hal ini pekarangan ialah seperti:

  • Botol bekas dapat dijadikan wadah tanam vertikultur.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline