Lihat ke Halaman Asli

Isidorus Lilijawa

Meneropong posibilitas...

Epilog untuk Mama Guru Delfina

Diperbarui: 10 Juni 2021   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dulu kita percaya di ujung rotan ada emas. Itu berlaku bagi anak-anak sekolah. Sekarang kita menyaksikan di ujung pisau ada kematian. Itu dialami mama guru Delfina Azi, Kepala Sekolah SDI Ndora Desa Ulupulu Kecamatan Nangaroro Kabupaten Nagekeo. 

Mama Delfina mengalami kekerasan fisik, ditikam dengan sebilah pisau oleh orang tua murid berinisial DD pada Selasa, 8 Juni 2021 di sekolah. Setelah melalui serangkaian perjuangan paramedis untuk menyelamatkan nyawanya, pada Rabu, 9 Juni 2021, di Ende Flores mama guru Delfina pergi menghadap Sang Guru Abadi. Mama Delfina purna tugas di dunia. Saya percaya oleh karena cinta, dedikasi, pelayanan, totalitasnya sebagai mama guru bagi begitu banyak generasi, mama Delfina pensiun dengan bahagia bersama para kudus di kerajaan surga.

Jika merunut peristiwa ini secara kronologis dalam hukum kausalitas (sebab akibat), kita sangat menyayangkan solusinya begitu singkat, nyawa mesti dipertaruhkan. 

Selasa, 8 Juni 2021 itu adalah hari pengharapan ketika anak-anak menguji jerih lelah mereka dalam ujian di sekolah. Mungkin saja sudah menjadi 'kesepakatan bersama' bahwa sebelum ujian para siswa harus melunasi uang komite sekolah. 

Pada saat itu, seorang murid mesti 'dipulangkan' karena masih berutang Rp 1.700.000. Murid ini dipulangkan dengan misi untuk menyampaikan kepada orang tua agar melunasi uang komite supaya bisa ujian. Cara penyampaiannya seperti apa, kita tidak tahu persis. Tetapi yg jelas, selepas itu sang orang tua DD ke sekolah, memarahi para guru dan menikam sang kepala sekolah.

Tidak Biasa

Respons orang tua yang memarahi dan menikam guru adalah tindakan yang tidak biasa terjadi di daerah kita, Flores di NTT. Guru adalah figur yg dihormati dan dihargai di kampung, menjadi referensi banyak urusan bahkan yg tak terkait pendidikan. Guru masih menjadi profesi yg diminati dan dihormati. Maka respons DD yg ke sekolah dan menikam mama guru Delfina patut ditelisik lebih jauh.

Menunggak uang komite sebanyak itu adalah indikasi bahwa DD sebagai orang tua siswa sedang mengalami kesulitan ekonomi. Satu dua tahun terakhir ketika pandemi Covid-19 melanda, ekonomi nasional hingga lokal mengalami kelesuan. Mungkin itu pula yg dialami DD. 

Di tengah kegalauan dan kecemasan itu, menghadapi kondisi anak yg dipulangkan dari sekolah adalah suatu kenyataan yg memprihatinkan. Hati orang tua mana yg tak teriris ketika anaknya menyampaikan mungkin disertai tangisan bahwa ia tak bisa mengikuti ujian karena belum melunasi uang komite. 

Dalam situasi galau, cemas bercampur geram, marah dan kecewa, jalan pintas dipilih. Otak tak lagi berpikir jernih, hati tak dapat mengendalikan rasa, membunuh adalah cara menghapus kegeraman dan menggugurkan kebuntuan.

Lantas, bagaimanakah posisi DD sang penikam? Ia bersalah dan harus dihukum karena menghilangkan nyawa orang. Ini tindakan biadab. Kita mengutuk kekerasan fisik itu. Maka DD harus dihukum setimpal perbuatannya. Tetapi ini juga melahirkan pembelajaran bagi orang tua agar bertanggung jawab terhadap anak-anaknya di sekolah. Salah satunya dengan melunasi kewajiban yg sudah 'disepakati' bersama komite sekolah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline