Lihat ke Halaman Asli

Sisi Jenaka Presiden yang Tewas Tertembak

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat John F. Kennedy mengucapkan sumpah jabatan sebagai Presiden pada tanggal 20 Januari 1961, dia menjadi sosok termuda yang dilantik dalam sejarah Amerika, 43 tahun. Kennedy juga menjadi salah satu Presiden yang jenaka. Seorang kawannya pernah dikirimi sebuah cangkir perak dengan tulisan seperti ini:

Ada 3 hal yang akan menjadi  kenyataan;

Tuhan, kebodohan manusia, dan gelak tawa;

Dua yang pertama tergantung pada daya paham kita;

Jadi kita lakukan saja semau kita untuk yang ketiga.

Sikap jenaka Kennedy tidak diwujudkan dalam dongeng seperti Lincoln. Sikap ini lebih terencana, terarah, dan santun. Tetapi seperti juga Lincoln, kadang-kadang kejenakaan itu dibuat-buat dan pantulan dari sikap masam. Dan seperti Lincoln, Kennedy  juga jemu terhadap kebenaran diri, kegagalan manusia, dan kecerewetan. “Suatu hal yang menakjubkan,”kata Arthur Kock, “Dia sama sekali tidak tahu bagaimana caranya menjadi bosan.”

Kennedy menjalankan tugas di Angkatan Laut saat Perang Dunia II. Dia begitu bangga dengan kesempatan tersebut tetapi tidak pernah menceritakannya kepada siapapun. “Pak Presiden,” seorang siswa pernah bertanya kepadanya,”Bagaimana Anda bisa menjadi pahlawan perang?” “Itu bukan kesengajaan,” jawab Kennedy. “Mereka menenggelamkan sekoci saya.” Saat menjawab wawancara Edward R. Murrow di televisi pada akhir 1950-an, dia mengatakan pengalaman semasa perang itu sebagai suatu “pengalaman yang menarik.” “Menariknya,”kata Murrow,”Saya kira pernyataan seperti itu menunjukkan sikap kenegarawanan yang besar.” Tak pernah ada kesepakatan bagaimana kepahlawanan Kennedy dalam Perang Dunia II, tetapi sudah menjadi sesuatu yang jelas; saat kapalnya hancur diserang oleh Jepang di Lautan Pasific pada tahun 1943, dia menyelematkan seseorang dengan menyerahkan pelampungnya dan kemudian membawanya menyeberang ke sebuah pulau sejauh 3 mil. Membutuhkan waktu beberapa hari sebelum Kennedy dan rekannya itu ditemukan, dan mereka bertahan tanpa pangan dan air.

Ketika akhirnya Kennedy muda ditemukan oleh tim penyelamat, dia mendengar teriakan,”Hei Jack!” dari kejauhan. Kemudian terdengar teriakan kembali,”Di manakah posisi nerakumu? Kami bawakan makanan untukmu.” Kennedy menjawab, “Tidak, terimakasih. Saya sudah memegang sebutir kelapa.” Beberapa hari kemudian dia mengirim surat kepada seorang kawan yang menjadi tim penyelamat. “Terima kasih untuk kerjamu yang bagus dalam menyelamatkanku. Kami benar-benar beruntung. Sesudah kejadian itu semoga tidak lagi terulang…saya akan memeriksakan ke dokter mengenai infeksi yang disebabkan tertusuk karang pada diriku.”

Kennedy mengisahkan kembali, bahwa saat tim penyelemat menemukan dirinya, mereka bertanya dengan cara bagaimana ia menyelamatkan diri. Ia menjawab dengan cara berenang. Mereka tercengang dan kemudian berkata kepada Kennedy,”berenang dilarang di lokasi ini, keluarlah dari air terkutuk ini. Ini perintah!”

Kennedy acapkali terlihat lebih muda dibandingkan umur sesungguhnya dan senang menceritakan kepada teman-temannya suatu kejadian di mana seorang office boy salah sangka kepadanya saat pertama kalinya memasuki gedung DPR. Suatu kali saat ia menjadi Senator, seseorang menegurnya saat ia akan menggunakan sambungan telepon khusus. “Maaf Pak, telepon ini khusus untuk para Senator.”

Nama Kennedy kemudian melambung saat ia terpilih menjadi nominator untuk jabatan Wakil Presiden tahun 1956; dan kemudian ia terpilih lagi sebagai Senator mewakili daerah Massachusetts 2 tahun kemudian yang makin membuatnya yakin untuk menjadi Presiden.  Saat teman-temannya berujar bahwa dia mempunyai kesempatan yang besar untuk menang sebagai calon Wakil Presiden, dengan tersenyum Kennedy berujar, “Jangan lagi bicara soal wakil. Saya tidak akan pernah menyukai posisi itu.”

Sosoknya yang menganut agama Katolik menjadi isu yang ditiup-tiupkan untuk mengganjalan kiprahnya sebagai calon Presiden. “Saya tidak menetang Paus (pope),”kata Harry Trumman, yang pertama kali menentang pencalonnya. “Saya menetang (musik) Pop.” Dalam kampanye di Wisconsin untuk pencalonannya sebagai Presiden, seorang pemuda bertanya,”Kennedy, saya dengar ayah Anda meyuap 2 dollar untuk tiap suara. Dengan kekayaannmu sekarang, tidakkah Anda bisa memberi lebih?” Dengan jengkel Kennedy menjawab,”Kata-katamu keliru. Sangat menyedihkan melihat kondisimu karena hanya punya satu suara dan itulah yang akan kau jual kepada kami.”

Pada November 1960, Kennedy menang tipis atas Richard Nixon dan menjadi sosok pertama Presiden yang lahir pada abad ke-20. Sebagai Presiden, Kennedy mengemukakan “Batas Baru” dalam politik Amerika, yang melibatkan “invensi, inovasi, imajinasi, dan keputusan.” Ada upaya yang sungguh-sungguh untuk membela hak-hak sipil, juga upaya untuk mewujudkan perdamaian dunia dan membuat perjanjian dengan Rusia. Tetapi ada juga kebijakan yang memperparah perang dingin: invasi Teluk Babi, krisis peluru kendali Kuba, dan keterlibatan yang kelewat jauh terhadap situasi Vietnam.

Menjelang masa jabatannya yang pertama habis, Kennedy berujar,”Pekerjaan ini mengasyikkan, tetapi kemungkinan untuk terperangkap dalam kesulitan tanpa batas. Itu akan berlangsung bertahun-tahun, tetapi kemudian, kesulitan-kesulitan akan pergi selama bertahun-tahun juga.”

Beberapa kisah menunjukkan betapa Kennedy mampu mengajukan humor-humor segar di tengah beratnya pekerjaan sebagai Presiden. Suatu kali di Wisconsin, Kennedy memperoleh penghargaan sebagai kepala suku kehormatan Indian. Saat mengenakan tutup kepala, dia mengatakan: “Lain waktu saya akan pergi ke bioskop untuk menonton cowboy dan Indian, dan itu adalah kita.”

Seorang temannya pernah membandingkan asal usul mereka, yang mengatakan bahwa dia dan Presiden sungguh-sungguh serupa. Kennedy berbisik kepadanya,”Kau sungguh tak mirip dengan aku.  Kau berjalan seperti bebek.”

Saat mengunjungi Prancis tahun 1962, isterinya, Jackie, yang terkenal kefasihannya berbahasa Prancis, begitu menyenangkan rakyat Prancis dan Jenderal de Gaulle (Presiden Prancis saat itu). Dalam hari terakhir kunjungan tersebut, Kennedy berkata kepada wartawan di konferensi pers di Istana Kepresidenan Prancis, “Saya ragu-ragu untuk memperkenalkan diri saya kepada Anda semua. Saya tak lebih sekadar seorang laki-laki ang mengantar Jacquelline Kennedy ke Paris, dan saya sungguh-sungguh menikmati hal ini.”

Pada bulan April 1961, Presiden Kennedy mengutus Wakil Presiden Johnson untuk mengunjungi sejumlah negara Asia, termasuk Vietnam. Sang  Wakil Presiden nampak tak antusias untuk mengunjungi Vietnam, tetapi Kennedy membujuknya,”Jangan khawatir, Johnson. Jika sesuatu terjadi terhadapmu, Sam Rayburn (Ketua DPR saat itu) dan saya akan menyelenggarakan upacara pemakaman terbesar yang pernah ada di Texas “(tempat kelahiran Johnson).

Suatu kali, saat berada di Air Force One, Kennedy ditanya oleh seorang wartawan apa yang akan terjadi seandainya pesawat itu mengalami kecelakaan. Kennedy tersenyum. “Saya yakin satu hal. Namamu akan muncul di koran esok pagi tetapi dengan huruf yang amat kecil.”

Saat berpidato di Dallas Texas, tanggal 22 November 1963 dia mengatakan,”Kita berharap…bahwa kita patut dihormati atas kekuasaan dan tanggung jawab kita, bahwa kita akan menjalankan kekuatan dengan kebijakan dan pengendalian, dan bahwa kita akan mencapai dalam hari-hari kita dan sepanjang waktu yang akan datang suatu pandangan bahwa dunia yang damai akan menjadi kehendak umat manusia.”

Seusai pdato itu dan kemungkinan hari-hari yang melelahkan dalam kampanye kepresidenan untuk masa jabatan berikutnya, Kennedy direncanakan akan mengunjungi Indonesia. Kennedy akan menjumpai sahabat yang dia kagumi dan dia sayangi, Presiden Republik Indonesia, Soekarno. Untuk memastikan itu, dia sebelumya sudah mengutus adiknya, yang juga Jaksa Agung, Robert Kennedy untuk berbicara dengan Soekarno, yang sebelumnya juga telah berkunjung ke Amerika.

Tetapi hari itu tercatat dalam sejarah: Kennedy, Presiden yang gandrung perdamaian dan kharismatis itu, tertembus peluru kepalanya, dan meninggal dunia dalam pangkuan isterinya, Jacquilline, sosok ibu negara yang terkenal akan keanggunan dan pesonanya. Dan pembunuhannya menjadi salah satu peristiwa yang misterius hingga sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline