Lihat ke Halaman Asli

Awas! Pencucian Uang di Industri Sepak Bola

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini bagian usaha untuk menganalisis beberapa kasus yang menggambarkan penggunaan sepakbola sebagai kendaraan untuk pencucian hasil kegiatan kriminal. Setelah analisis ini, pencucian uang melalui sektor sepakbola diturunkan menjadi lebih dalam dan lebih kompleks daripada yang dipahami sebelumnya.

Banyak kasus menunjukkan bahwa sepak bola ini diduga digunakan sebagai kendaraan untuk melakukan tindak berbagai kegiatan kriminal lainnya seperti perdagangan manusia, korupsi, perdagangan narkoba (doping) dan pelanggaran pajak.

Sejak zaman kuno, masyarakat di seluruh dunia telah mengenal olahraga, serta menawarkan pujian kepada olahragawan. Perkembangan mutakhir dewas aini adalah gelombang komersialisasi olahraga dan internasionalisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pasar tenaga kerja olahraga, jumlah besar uang yang mengalir dari penyiaran dan sponsor, dan investasi lintas batas besar-besaran oleh sponsor, termasuk industri olahraga itu sendiri dan kadang-kadang oleh investor “superkaya” swasta.

Dengan kepentingan ekonomi dan sosial yang berkembang dan meningkatkan keuntungan yang dapat dibuat, uang sekarang memberikan pengaruh kuat pada dunia olahraga. Masuknya uang besar memiliki efek positif seperti peningkatan fasilitas olahraga dan ketersediaan sejumlah besar atlet, namun uang ini juga membawa konsekuensi negatif. Ada risiko yang lebih tinggi dari penipuan dan korupsi mengingat jumlah uang yang dipertaruhkan. Olahraga juga dapat digunakan sebagai saluran untuk mencuci uang kotor.

Badan regulasi serta otoritas nasional dan internasional olahraga baru-baru ini mengungkapkan kekhawatiran mereka pada masuknya uang kotor ke dalam industri olahraga. Laporan Uni Eropa yang diterbitkan pada tahun 2007 menyatakan, "Olahraga dihadapkan ancaman dan tantangan baru, seperti tekanan komersial, eksploitasi pemain muda, doping, korupsi, rasisme, perjudian ilegal, kekerasan, pencucian uang, dan kegiatan lain yang merugikan.”

Jika kita ingin memeriksa pencucian uang melalui olahraga, sepak bola merupakan arena yang potensial. Sepak bola adalah olahraga terbesar di dunia. Ada 38 juta pemain terdaftar dan 5 juta wasit dan official. Sepakbola dimainkan di seluruh dunia dan merupakan olahraga paling populer di banyak negara. Sepakbola mengandalkan basis dukungan yang luas, mulai dari penggemar loyal yang menghadiri pertandingan mingguan klub hingga penonton pasif di rumah di depan layar televisi mereka.

Sepakbola telah berubah dari olahraga populer menjadi industri global dengan dampak ekonomi meningkat pada fungsi-fungsi sosial. Sepakbola dapat berfungsi tidak hanya sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sebagai alat untuk pengembangan ekonomi lokal, kohesi sosial, pendidikan, pengembangan pribadi, dan transmisi nilai-nilai kemanusiaan dan budaya Tak mengherankan, secara negatif sepak bola tampaknya dihadapkan dengan berbagai bentuk kejahatan dan korupsi - termasuk pencucian uang.

Tidak ada angka yang komprehensif penguasaan sepakbola atas keuangan. Namun, menurut Deloitte Annual Review of Football Finance (yang merupakan gambaran tahunan terkemuka pada keuangan sepak bola di Eropa) ukuran total pasar sepakbola Eropa telah meningkat menjadi sekitar 13,8 milyar euro pada tahun 2007 (yang merupakan 0,1 persen dari PDB Uni Eropa). Di balik angka-angka ini, pendapatan sektor sepak bola dapat digambarkan sebagai piramida terbalik. Lima besar liga di Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol telah menghimpun lebih dari setengah dari pendapatan tersebut.

Diantara kelima liga terbesar itu klub sepak bola terkaya di dunia dapat ditemukan. Merujuk majalah Forbes, mengenai "daftar 25 klub sepak bola paling kaya di dunia ini " adalah 5 besar liga Eropa (kecuali yang Celtic di Skotlandia). Sisi lain dari total sektor sepakbola Eropa dibagi antara liga-liga top dan lainnya di Eropa, FIFA, dan UEFA.

Untuk memberikan gambaran tentang pertumbuhan sepak bola profesional di Eropa, total pendapatan di lima besar liga sepakbola Eropa naik dari 2,5 miliar eouro tahun 1996-97 menjadi 7,9 miliar euro pada tahun 2007-2008.

Sebagian besar dari peningkatan ini berasal dari penyiaran, yang sebagian besar disalurkan untuk menarik sebagian besar pemain terbaik dunia. Biaya upah meningkat menjadi lebih dari 4,2 miliar euro, dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu yang mencapai 1,2 miliar euro.

Mengingat arus uang ini, beberapa aktor keuangan penting dalam industri sepak bola meliputi (1) klub (sel dasar dari industri), (2) pemain sepak bola (aset yang paling berharga), (3) perusahaan sponsor (di sebagian besar tingkat investor paling penting), (4) media , (5) investor individu, (6) klub bisnis lokal, (7) agen sepakbola (bertindak untuk kepentingan pemain atau sebagai perantara di pasar transfer), (8) pemerintah (subsidi klub, bertindak sebagai lender of the last resort, kadang-kadang pemilik kompleks stadion ),(9)  otoritas pajak (dalam beberapa kasus klub gagal memenuhi kewajiban pajaknya), (10) pemilik real estate ( stadion tidak selalu dimiliki oleh klub atau pemerintah daerah).

Selain itu asosiasi atau liga dapat bertindak sebagai regulator juga dan kadang-kadang sebagai tempat transaksi keuangan untuk pembayaran transfer. Di beberapa negara, para pendukung memberikan uang dalam jumlah besar dan memiliki pengaruh terhadap pemilik klub, manajemen dan memasok bisnis serta, dalam sejumlah kecil kasus yang diduga terkait dengan kejahatan terorganisir. Jika ada penipuan, korupsi, penggelapan pajak atau pencucian uang itu terjadi dalam jaringan kompleks hubungan diantara aktor-aktor tersebut.

Meskipun mengalami pertumbuhan yang luar biasa, banyak klub sepak bola secara finansial mengalami kesulitan keuangan sehingga mendesak klub sepak bola untuk menerima dana dari pihak yang meragukan. Kerapuhan keuangan adalah sebagian hasil dari sifat permainan. Klub-klub besar membutuhkan dana besar untuk sukses dan mampu untuk membeli pemain.

Pemenang tidak dibayar sesuai dengan kinerja mutlak tetapi sesuai dengan kinerja relatif terhadap orang lain. Hanya kehilangan satu game dapat memiliki konsekuensi finansial besar-besaran (penurunan pendapatan dari sponsor, hak siar televisi, degradasi ke divisi yang lebih rendah ).

Kerentanan keuangan dapat membuat klub sepak bola sasaran empuk bagi uang kotor. Klub yang menghadapi degradasi atau berada dalam kesulitan keuangan bisa membutuhkan "doping keuangan" . Kerapuhan keuangan yang melekat bisa dibesar-besarkan oleh krisis keuangan global seperti dewasa ini, yang telah membuat lebih sulit lagi untuk mencari sponsor.

Ada risiko bahwa klub-klub yang berada dalam utang tidak akan mengajukan banyak pertanyaan ketika investor baru muncul. Dan transaksi itu bisa terjadi tidak resmi, di bawah tangan, sehingga potensi penggelapan pajak menganga.

Investasi di klub sepak bola adalah area risiko pencucian uang karena kurangnya transparansi mengenai sumber pendanaan. Memang, investasi itu mungkin tidak jelas, sehingga sulit untuk memverifikasi asal dana yang diinvestasikan. Situasi ini sebenarnya tidak berbeda dari akuisisi perusahaan swasta di sektor industri atau komersial.

Sepakbola memiliki sejarah panjang ketika kalangan swasta berinvestasi di klub, dengan investasi yang sering dibuat oleh individu-individu yang telah membuat keuntungan dalam bisnis lain termasuk politically exposed persons (PEP) dan individu yang dicurigai atau bahkan diketahui latar belakang diduga sebagai pelaku kejahatan.  Sebagai klub, sepak bola tidak selalu sangat menguntungkan tetapi investasi mungkin tidak dibuat untuk murni alasan ekonomi.

Sekarang kita tengok mengenai transfer pemain. Internasionalisasi dimulai pada tahun 1930 ketika tim nasional mengambil pemain dari negara lain untuk memperkuat tim mereka (misalnya Italia mengambil pemain Argentina dalam Piala Dunia tahun 1934) , sebuah praktek yang berlanjut setelah itu.

Pada tingkat klub, ada juga beberapa contoh pemain asing di liga utama: misalnya, Real Madrid di 1950/60-an memiliki beberapa pemain asing (Santamaria dari Uruguay, Puskas dari Hungaria, Di Stefano dan Rial dari Argentina, Kopa dari Perancis), dan itu bukan satu-satunya klub yang melakukannya (misalnya, Luis Suárez pindah dari Spanyol ke Internazionale Milano pada tahun 1960). Cruijff dan Neskeens (Belanda) sedang bermain pada tahun 1975 untuk Barcelona ( Spanyol ), yang pada tahun 1970 telah merekrut Krankl (Austria) atau Simonssen ( Denmark ), Real Madrid merekrut juara dunia 1974 Jerman Breitner dan Netzer pada 1970-an dan kemudian Jensen (Denmark) dan Stielike (Jerman); Brasilians Leivinha dan Luiz Pereira yang bermain untuk Atletico Madrid di tahun 1970-an. Klub Inggris mulai merekrut pemain asing top baru mulai 1978.

Pencucian uang terjadi di bursa transfer dan agen sepakbola sering menjadi titik focus transaksi illegal ini. Dalam lingkungan hukum yang semakin kompleks, pemain (tapi juga klub olahraga) semakin meminta jasa agen untuk bernegosiasi dan menandatangani kontrak. Bursa transfer internasional terdiri dari lebih dari 4.000 agen sepak bola dengan registrasi resmi di FIFA. Tidak ada batas untuk peran agen. Mereka mengelola pemain tetapi juga dapat mengelola dana (konsultasi manajemen aset), memberikan saran pajak (konsultan pajak), menawarkan kontrak gambar atau mengurus publisitas mereka (agen iklan). Posisi mereka sangat penting karena mereka sering menentukan apakah transfer terjadi atau tidak (melalui pengaruh mereka atas pemain dan hubungan dengan klub).

Namun, banyak agen masih beroperasi tanpa lisensi (pemain dapat misalnya memilih kerabat dekat atau pengacara sebagai agen mereka) dan dengan demikian tidak dikontrol oleh FIFA atau asosiasi sepak bola regional atau nasional lainnya. Agen (berlisensi dan non-lisensi) membentuk sebuah komunitas tertutup, yang membuatnya sulit untuk menyaring transaksi yang dilakukan oleh mereka. Peraturan FIFA yang karena tidak dapat mencegah pencucian uang atau kegiatan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline