Lihat ke Halaman Asli

Menengok Badan Intelijen Jepang

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak akhir Perang Dunia II, pasukan militer Jepang tidak pernah kalah di medan perang. Ini bukan karena kekuatan militer Jepang sangat kuat, tetapi karena Jepang tidak pernah terlibat dengan perang selama 60 tahun terakhir. Hal yang sama berlaku untuk intelijen Jepang. Jepang tidak pernah mengalami "kegagalan intelijen" untuk waktu yang lama. Jepang tidak pernah memiliki dinas intelijen luar negeri atau komunitas intelijen dan pembuat kebijakan Jepang tidak bergantung pada penilaian intelijen dalam mengambil keputusan selama periode Perang Dingin.

Selama Perang Dunia II, Jepang memiliki aparat intelijen yang kuat, terutama yang dikelola oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Mereka bisa mengumpulkan intelijen asing melalui jaringan mereka di Siberia, Manchuria, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Mereka juga bisa memecahkan sandi diplomatic dan militer AS, Inggris, Uni Soviet dan Tiongkok. Tentara Jepang dan Angkatan Laut menerapkan intelijen ini untuk serangan di Pearl Harbor pada Desember 1941.

Setelah penyerahan Jepang pada tahun 1945, organisasi intelijen Jepang dibubarkan oleh Sekutu. Ada desas-desus menyebar setelah perang bahwa petugas yang terlibat dalam sinyal intelijen akan dihukum penjara seumur hidup. Karena rumor itu, Angkatan Darat dan perwira intelijen Angkatan Laut menghancurkan sebagian besar dokumen rahasia mereka dan menutup diri sejak perang. Bahkan sekarang beberapa mantan perwira masih takut jika Amerika Serikat melakukan penyelidikan ke dalam aktivitas intelijen mereka selama perang. Penghancurkan intelijen Jepang menyebabkan diskontinuitas intelijen antara pra dan pasca perang, sedangkan Jerman Barat berhasil mewarisi kecerdasan intelijen sebelum perang dengan mendirikan organisasi Gehlen.

Pada tahap pertama Perang Dingin, Jepang diwajibkan untuk mendirikan badan baru intelijen, tetapi tujuan utama mereka adalah untuk mengawasi kegiatan komunis di Jepang. Pemerintah Jepang bisa mengandalkan intelijen Amerika selama Perang Dingin tanpa pengelolaan layanan intelijen asing sendiri. Jepang bahkan tidak pernah merencanakan untuk melembagakan komunitas intelijen.

Sekarang Jepang memiliki lembaga intelijen mandiri; the Cabinet Intelligence Research Office (CIRO), the Public Security Intelligence Agency (PSIA). Defense Intelligence Headquarters of the Ministry of Defense (DIH), Public Security Department of the National Police Agency, Intelligence and Analysis Service of the Ministry of Foreign Affairsdan lembaga-lembaga ini membentuk sebuah komunitas intelijen Jepang.

Namunkomunitas ini sangat kecil dan terdapat ketimpangan untuk mengkoordinasikan setiap dinas intelijen. Misalnya, jumlah perwira intelijen Jepang paling banyak 5.000 personel. Hanya 5.000 staf ditugaskan untuk berbagai tugas dari luar negeri, penggunaan internal, militer dan pengumpulan informasi teknis dan juga kontra-intelijen. Anggaran tahunan juga sangat kecil; yaitu hanya 2% dari anggaran militer Jepang dan anggaran intelijen AS. Hal ini karena Jepang telah bergantung pada AS untuk keamanan dan intelijen secara keseluruhan selama Perang Dingin. Namun situasi internasional Asia Timur telah berubah secara dramatis dan sekarang pemerintah Jepang berkewajiban untuk mereformasi aparat intelijennya.

Mari mengenal sedikit lembaga-lembaga intelijen Jepang itu

CIRO

CIRO didirikan pada April 1952 dengan hanya 30 staf dan modelnya meniru CIA. Perdana Menteri Shigeru Yoshida dan kepala pertama CIRO, Jyun Murai berencana untuk mendirikan CIA di Jepang, tetapi mereka menghadapi perlawanan sengit dari opini publik dan mereka akhirnya menunda rencana itu. Akibatnya, CIRO tidak diberikan personel dan status hukum yang cukup sebagaibadan intelijen pusat. Saat ini jumlah staf CIRO hanya 170, di mana 100diantaranya adalah pinjaman dari kementerian atau lembaga lainnya, dan posisi yang paling utama ditempati oleh mantan perwira polisi. Padahal CIA mempekerjakan sekitar 18.000 staf dan CIRO hanya seperseratus dari itu.

TugasCIRO adalah untuk mengumpulkan informasi dan berkoordinasi dengan badan-badan intelijen lain, tetapi kekurangan staf membuat tugas itu sulit diwujudkan. Kepala CIRO memberikan nasehat kepada Perdana Menteri. Banyak ahli mengeluhkan ketidakberdayaan CIRO dalam urusan strategi nasional, khususnya setelah Perang Dingin. CIRO memiliki badan intelijen pusat sebagai organisasi bawahan, yang didirikan pada tahun 2001. Pusat ini mempekerjakan 320 staf dan memiliki 4 satelit, termasuk 2 satelit radar.

Ministry of Foreign Affair (MOFA)

The MOFA memiliki tradisi panjang intelijen dibandingkan dengan instansi lain. Departemen Investigasi didirikan pada tahun 1934 dan departemen telah digantikan olehDepartemen Intelijen Internasional pada tahun 1991 dan sekarang Intelijen dan Layanan Analisis mengambil tugas intelijen MOFA. Jepang tidak memiliki intelijen luar negeri dan layanan MOFA dianggap sebagai semacam dinas intelijen luar negeri. Namun 100% dari staf MOFA bekerja sebagai diplomat, bukan perwira intelijen profesional. Tidak mungkin MOFA melakukan kegiatan intelijen di negara-negara asing. Ada sekitar 80 staf yang dialokasikan ke bagian intelijen MOFA. Logikanya bagian dapat mengumpulkan informasi diplomatik melalui ratusan kedutaan dan konsulat di seluruh dunia, namun sebenarnya kedutaan di luar negeri dapat melewati departemen intelijen dan mengirimkan informasi ke pembuatan kebijakan.

Defence Inteligence Headquarter (DIH)

DIH didirikan pada tahun 1997dan merupaka badan intelijen terbesar di Komunitas intelijen Jepang; karena memiliki sekitar 2.400 staf dan kebanyakan dari mereka adalah perwira militer. DIH berada di bawah kontrol langsung Menteri Pertahanan dan direktur DIH memberikan saran mingguan kepada Menteri. Sebelum pembentukan DIH, intelijen militer Jepang ditangani oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara secara terpisah dan menyulitkan koordinasi.

Public Security Intelligence Agency (PSIA)

PSIA adalah lembaga penyelidikan internalseperti MI5 di Inggris. Jumlah staf diperkirakan 1.500. PSIA ini didirikan sebagai sebuah divisi dari Departemen Kehakiman pada tahun 1952 untuk memantau kegiatan nasionalis dan komunis di Jepang. PSIA tidak memiliki hak penyelidikan sebagai polisi dan tidak bisa memaksa seseorang untuk bekerja sama dalam investigasi.

Sejak akhir Perang Dingin, PSIA telah berjuang untuk kelangsungan hidupnya, menangkis kritik ekstrim tentang koleksi yang tidak memadai informasi tentang bahaya baru, seperti narkoba dan ancaman asing.

Sejak reorganisasi tahun 1996, misi badan ini telah diubah dari penyelidikan internal menjadi badan pengumpulan intelijen asing. PSIA mengumpulkan informasi tentang Rusia, Cina dan Korea Utara melalui jaringan mereka.

Namun masalah terbesar bagi PSIA adalah bahwa mereka tidak memiliki pengguna dari analisis intelijen yang dihasilkan. Baik Perdana Menteri maupun Menteri Kehakiman tidak memerlukan PSIA, dan sering menganggap PSIA membuang-buang waktu untuk mengumpulkan informasi yang tidak perlu.

National Police Agency (NPA)

NPA bertanggung jawab untuk keamanan bangsa dan melindungi terhadap spionase asing dan terorisme, yang mirip fungsi FBI. Bahkan NPA adalah aparat intelijen yang paling berpengaruh dalam komunitas intelijen Jepang. Pengumpulan informasi NPA tergantung pada tidak hanya 300.000 kepolisian (yang lebih besar dari jumlah prajurit Jepang), tetapi juga pengumpulan informasi dari aparat intelijen lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline