Berlari “ngos-ngosan atasi perubahan”
Perubahan
Sering sekali kita mendengar, mudah sekali mendengar tapi kenapa sulit dilakukan, mudah sekali
Ada tidak sih yang Abadi?
Demikian saya bertanya pada rumput yang bergoyang. “Ada dong”, jawabnya. “Apa itu?”, lanjut saya. “Lha, kalo buah apel sudah mateng di pohon, maka jatuhnya pasti ke bumi. Bukan ke awan”, sahutnya. Saya berdiam diri sejenak: “Beneeer juga ya… Pinter nih si rumput”
Apel adalah alam, rumput adalah alam, gunung adalah alam. Mungkin, maksud rumput tersebut adalah Hukum Alam, karena si apel itu mengingatkan kita akan penemuan tentang Hukum Gravitasi. Bener juga yaaa… Mau sampai kiamatpun (yang katanya tahun 2012 he he), apel tetap jatuhnya ke bumi.
Setuju jika demikian, yang abadi di dunia ini selain perubahan adalah hukum-hukum alam. Ada hukum grativasi, ada hukum sebab-akibat, ada hukum tarik menarik, ada hukum waktu atau yang sering juga disebut hukum proses dan hukum-hukum lainnya.
Siapa yang bertahan di alam perubahan?
Banyak sekali contoh, banyak sekali penelitian akan hal ini, siapa yang dapat bertahan dalam perubahan ini? Setelah bertahan, siapa yang menang dalam perubahan tersebut? Apakah mereka…
Yang Besar, Yang Bertahan?Ternyata tidak juga, banyak sekali contoh perusahaan raksasa yang tumbang di abad terakhir ini.
Yang Kuatkah, Yang Bertahan?Ah, tidak juga. Banyak kisah dan cerita tentang Kerajaan yang kuat, pemerintahan yang kuat, yang berakhir dengan menjadi hanya kisah dan cerita. Bahkan kadang hanya 2 episode sinetron saja, sudah tamat.
Yang Cepatkah, Yang Bertahan?Kereta api Jakarta bandung yang melaju sangat cepat di era koboi, sehingga sulit dikejar oleh kuda hitampun, menjadi hiasan museum setelah dibangun jalan tol Cipularang.
Tetapi ada juga contoh kisah nyata ikan laut yang terjebak di muara, akhirnya malah menjadi ikan air tawar. Nah, ini baik sekali untuk diteluri dan dipelajari mengapa bisa demikian? Singkat cerita, ternyata ikan tersebut mampun menyesuaikan diri. Mampu beradaptasi, istilahnya. Jika demikian, bolehlah kita simpulkan.
Yang Adaptif, Yang Bertahan… Alam mengajarkan bahwa makhluk hidup atau mereka yang bisa bertahan hidup dalam perubahan di alam ini adalah mereka yang bisa menyesuaikan dirinya dalam perubahan tersebut.
Ternyata tubuh orang yang dapat bertahan pada panas yang tinggi, juga mampu bertahan di suhu yang sangat dingin. Namun, orang yang tidak tahan panas, maka diapun tidak tahan dingin.
Orang negro bisa bertahan dengan baik di gunung es. Orang Eropa sangat menyukai Afrika Selatan. Tapi, orang tropis tidak terlalu bisa bertahan lama hidup di Afrika, maupun di Swiss. Kira-kira demikian, metaforanya.
Baiklah, jika demikian mari kita belajar bagaimana menghadapi alam perubahan saat ini. Suka atau tidak, setelah kita membaca tulisan di atas, dimana perubahan itu abadi, tidak bisa dirubah lagi, maka tahap awal baik juga untuk…
1. Menyadari atau Awareness
Bahwa karena dunia ini terus berubah setiap detiknya, alam tidak mungkin konstan dan terus berubah, karena memang itulah hukum perubahan, maka saya hanya perlu menyadarinya saja. Sadari bahwa kita hidup di alam perubahan. Kita duduk di kursi yang bisa usang. Kita makan nasi yang bisa habis. Kita bernafas di oksigen yang terus menipis. Kita tinggal di kota yang panasnya terus meningkat. Kita hidup di sebuah negara yang “membingungkan” he he…
Dengan menyadari perubahan itu sendiri, maka akan sangat membantu kita untuk masuk ke tahapan berikutnya…
2. Menerima atau Acceptance
Ya, sudah terima saja. Buat apa demo ke Tuhan, mengapa aku dilahirkan di keluarga yang miskin. Tidak perlu takut, karena ada hukum perubahan. Yang miskin bisa berubah menjadi kaya, kok! Yang kayapun, sadari. Akibat hukum perubahan, bila salah jalan, maka kekayaanpun bisa menjadi ludes dan Anda masuk ke dalam kategori keluarga miskin. Maka, Anda akan mendapat BLT (Bantuan Tunai Langsung) dari pemerintah kita sebagai warga miskin, walau Anda pernah kaya he he…
Bila kita belum menerima perubahan ini, maka kita akan terus tejebak dalam penolakan, kemarahan, diskusi “mengapa demikian” dan semuanya membuat kita tetap diam di tempat, bahkan mundur ke belakang.
Memang, hidup ini sederhana.Hanya dengan menyadari dan menerima situasi ini, barulah kita akan sangat mudah untuk membuat…
3. Strategi untuk Berubah dengan Cepat
Banyak para ahli, seperti pencipta NLP Engkong Bandler dan Mbah Grinder yang mempelajari ilmu-ilmu “dukun” (karena hanya dukun yang bisa membantu manusia berubah dengan sangat cepat he he) agar manusia bisa melakukan perubahan diri ini dengan sangat cepat. Istilah akselerasi. Percepatan. Berubah dengan sangat cepat, tentunya untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan itu sendiri. Sehingga kita bisa tetap sukses dalam perubahan itu.
Kuasai metode, teknik, cara yang ampuh, jitu dan teruji untuk melakukan perubahan diri ini agar menjadi pribadi yang adaptif. Banyak sekali tekniknya, pelajari dan cari metode yang pas untuk Anda.
Merubah diri jauh lebih baik, dari pada merubah keadaan. Karena lebih kecil dan lebih fokus, sehingga mudah untuk dilaksanakan.
4. Fokus pada perubahan yang bisa dikendalikan diri
Banyak orang menghabiskan waktu untuk berdiskusi dan berdebat akan sesuatu perubahan yang di luar kendali dirinya. Seperti kebijakan dunia (kebijakan yang diambil oleh negara-negara besar di dunia), kebijakan pemerintah, juga bencana alam. Sungguh, sangat menghabiskan energi pikiran ini. Karena hasil diskusi dan perdebatan, tidaklah berbuah apapun, kecuali menghabiskan kopi dan rokok di warung tegal Mbok Ayu.
Namun, ada pepatah yang indah berbunyi demikian: Jika kita tidak bisa melawan ombak, maka berseluncurlah di atas ombak.
Artinya, jika sebuah perubahan yang di luar kendali kita, maka janganlah buang waktu untuk berdiskusi dan berdebat dengan teman akan perubahan tersebut, namun sadari, terima dan cari strategi yang baik dan tepat untuk menghadapi perubahan itu.
Berpikir dan mencari tahu bagaimana sikap kita terhadap sebuah perubahan, akan menghasilkan sebuah solusi yang kreatif tanpa perlu mengomel. Responpun akan menjadi lebih enak. Otakpun menjadi lebih kreatif, hiduppun menjadi awet muda he he… (katanya sih)
Menggunakan strategi Master Minding untuk mengatasi perubahan (lihat buku saya yang pertama “Share the Key” tentang bahasan lebih rinci tentang Master Minding), akan di dapat ide-ide kreatif baru yang mungkin lebih menguntungkan, dari pada menyalahkan pihak yang menyebabkan terjadinya sebuah perubahan. Kumpulkan teman-teman dari berbagi bidang ilmu dan minta masukan beberapa ide bagaimana bisa makin sukses di ombak perubahan ini.
Terapkan saja
Pilih beberapa ide yang unik dan menarik untuk diterapkan, pilih yang sederhana saja namun efektif. Semakin sederhana, semakin mudah untuk diterapkan secepat mungkin. Karena kecepatan menjadi penting.
Lupakan dulu salah atau benar, karena sering kali kita mengevaluasai sesuatu yang belum dilakukan. Ini jelas keliru. Lakukan dulu, terapkan saja, jalankan ide baru tersebut, baru evaluasi kemudian hari. Evaluasi dilakukan setelah tahap penerapan.
Nikmati Perubahan
Salah satu tip penting dalam menghadapi perubahan adalah menikmatinya, bukan memusuhinya. Dengan menikmati perubahan, sel tubuh akan lebih hidup. Semangatpun akan meningkat. Hiduppun menjadi lebih hidup. Saat strategi di atas, kita terapkan maka perubahanpun menjadi bagian dari hidup kita. Tidak lagi terpisahkan. Semua menjadi satu. Sesuatu yang terus berubah. Karena…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H