Pantun merupakan salah satu Sastra Lisan yang dianggap sebagai simbol dalam berkomunikasi. Biasanya pantun juga digunakan untuk acara-acara tertentu terutama digunakan sebagai tradisi pada masyarakat Betawi untuk adat pernikahan. Salah satunya digunakan dalam tradisi berbalas pantun. Pernikahan adat Betawi dalam berbalas pantun dikenal sebagai palang pintu yang merupakan gabungan dari Seni Beladiri dan Seni Sastra Pantun. Berbalas pantun tersebut akan digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan maksud dan tujuan seseorang.
Pada tradisi ini biasanya mereka lebih menampilkan atraksinya. Perwakilan dari pihak laki-laki dan perempuan akan saling menunjukkan kelihaian dalam memperagakan gerakan silat dan akan saling berbalas pantun satu sama lain. Hal itu bertujuan untuk membuka palang pintu. Setelah itu, baru mempelai laki-laki akan dipersilahkan masuk kedalam rumah mempelai perempuan untuk melanjutkan prosesi pernikahan.
Jadi, tradisi ini dilakukan sebagai simbol ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki untuk meminang mempelai perempuan. Jawara dari pihak laki-laki harus bisa mengalahkan jawara dari tempat tinggal perempuan. Hal ini di mana rombongan dari mempelai laki-laki harus melewati hadangan, serta tantangan yang diberikan oleh pihak mempelai perempuannya. Berbalas pantun pada adat pernikahan masyarakat Betawi ini masih dilakukan dari dulu hingga sekarang. Selain digunakan sebagai simbol ujian, berbalas pantun ini juga dapat menjadi hiburan untuk meramaikan pesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H