Lihat ke Halaman Asli

Wawasan Soft Power Kekuatan Negara Masa Kini

Diperbarui: 28 Juli 2021   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Soft Power dalam Bahasa Indonesianya kekuasaan lunak yaitu sebuah konsep yang dikembangkan dari Universitas Harvard oleh Joseph Nye dengan kemampuan menarik perhatian disertai dengan berbagai cara selain koersi dan persuasi menggunakan paksaan atau uang.

Belakangan ini, soft power juga dipakai dalam penyebutan opini masyarakat melalui saluran yang tidak transparan dan adanya lobi-lobi politik maupun non-politik. Propaganda terbaik bukanlah propaganda, dijelaskan oleh Nye tahun 2012. Pada zaman informasi menurutnya, kredibilitas menjadi sumber daya yang paling langka.

"the ability to get what you want through attraction rather than through coercion or payments" (p. 94), dijelaskan dalam tulisan Joseph Nye yang judulnya "Public diplomacy and Soft Power" (2008). Dengan adaanya soft power, suatu pihak melakukan hal yang memberikan keuntungan kepada pihak lain tanpa diminta atau dipaksa untuk melakukannya. Sumbernya berasal dari budaya, nilai-nilai dan kebijakan.

Banyak negara telah mengubah cara-cara hubungan bernegaranya sejak wawasan adanya wawasan akan soft power ini. Seperti yang dilakukan oleh Jepang, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat. Tidak hanya dalam hubungan ekonomi dan militer, tetapi juga melalui pameran kebudayaan, pemberian beasiswa, bahkan ekspor budaya pop nya.

Seperti contohnya Jepang, mereka mendanai beberapa program pertukaran pelajar, mulai dari pendidikan formal tingkat sarjana hingga doctoral, hingga program singkat seperti summer course. Monbukagakushou atau Monbusho merupakan program paling terkenal yang diselenggarakan oleh Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT) dengan kerja sama Ministry of Foreign Affairs (MoFA). Banyak peminat yang ingin bergabung pada program ini dikarenakan mereka menyediakan beasiswa dari sarjana hingga doctoral setidaknya berkesempatan tinggal kurang lebihnya satu tahun. Program yang dimulai sejak tahun 1954 ini memiliki persyaratan yang cukup sulit, dengan tingkat penguasaan Bahasa Jepang yang cukup tinggi.

Sedangkan pada bangsa kita, bangsa Indonesia sendiri memiliki aneka ragam budaya dan kuliner. Mengingat Indonesia memiliki wilayah yang luas dan setiap daerahnya memiliki kuliner khasnya, ini menjadikan potensi sebagai sumber soft power dan penjaga kedaulatan budaya Indonesia.

Keunggulan sebuah negara dilihat dari peta dunia awalnya ditentukan dari kuatnya militer dan ekonomi mereka. Dimana itu yang disebut sebagai hard power. Zaman semakin berkembang, negara tanpa keunggulan militer dan ekonomi yang besar atau kuat pun tampil sebagai negara yang dipandang dunia. Dengan adanya soft power ini, kemampuan gastrodiplomasi dengan menenangkan hati dan pikiran public internasional dengan budaya dan kuliner. Indonesia bisa menjadi negara yang besar melalui keanekaragaman budaya dan kulinernya, menurut Agus Trihartono dalam upacara Dies Reader Universitas Jember.  

Ghilman Rashif Ramadhan, 

Mahasiswa Universitas Siber Asia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline