Lihat ke Halaman Asli

Ischo Frendino

Untuk sesuatu yang tak terkatakan, kita mesti katakan.

Yang Pergi Kemarin

Diperbarui: 6 April 2020   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Yang Pergi Kemarin.

Ku tuliskan sebuah aksara
Cerita seorang gadis belia
Dari waktu yang pernah adaPada bait-bait puisi yang menuntut untuk dibaca.
Rindu membawa ku ke atap kota Daeng
Kota yang kutinggalkan kemarin yang baru saja
Kediaman Hassanudin yang kokoh laksana banteng
Ayam Jantan yang memanggilku menulis cerita
         

Kita pernah berjuang di medan orang-orang setia
Tentang bertahan untuk mencintai
Bahwa tak sekokoh batu karang yang berhala
Kita pun kalah dan pergi

Kau pergi dan bersembunyi dibalik tawa
Aku dibalik luka
bertopengan belaka
Pisah lantaran cita

Kita berhutang pada malam
Pada layar gadget yang setia
Toots-toots alphabet yang tersiksa
Untuk hari-hari yang tak kenal kusam

Kita adalah masa-masa silam di tepian cerita kertas
Buih-buih ombak yang terhempas
Kau ombak dan aku pasir, yang tak harus selalu bersama
dan angin adalah doa yang menuntunmu ke tepian  yang berbeda.


Di sini rindu memanggil ku pulang

Bercumbu pada musim yang dikenang
Pada waktu yang lekang, kita sepakat menjadi sahabat?


Ischo Frendino, JKT, 05/04/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline