Masa Indah di SMA
Seperti yang telah disampaikan dalam cerita pada masa SMP, kemampuanku hanya matapelajaran matematika, sementara untuk memasuki masa SMA harus menguasai seluruh pelajaran. Karena kemampuanku pas-pasan, mengikuti tes ke SMA Negeri 2 Bandung di Jalan Cihampelas gagal total. Gagal bukan bearti kiamat, masih ada sekolah swasta menanti yang tidak lulus tes ke sekolah negeri.
Dicarilah sekolah negeri yang terdekat dengan sekolah yang dapat di jangkau dengan berjalan kaki. Dapatlah SMA Indonesia Raya di Jalan Terusan Pastur, Bandung. Sekolah itu memiliki disiplin yang ketat, yang diterapkan oleh Kepala Sekolah Bapak Drs. Rachman P. Sekolah itu merupakan sumbangan dari Pemerintah DKI ketika Gubernurnya Bapak Ali Sadikin. Sehingga gurunya terdiri dari berbagai daerah, ada dari Aceh Guru Agama, ada dari Gorontalo, ada juga dari Palembang.
Pada masuk pertama tahun 1981 sekolah tersebut menerima sekolah pagi dan petang, karena ruangannya tidak cukup. Sekolah Indonesia Raya terdiri dari SMP dan SMA, saat ini ada SMK nya. Pada era itu jalanan tidak sepadat saat ini, Jalan Pastur masih bisa untuk berjalan kaki, begitu juga yang kearah Sarijadi, berjalan bersama jika pulang sekolah. Murid SMA Indonesia Raya kebanyakan berasal dari Perumnas Sarijadi, Gegerkalong, dan Sukajadi, ada juga yang jauh seperti daerah Cikutra dan daerah Cimahi. Menyenangkan pada masa sekolah SMA.
Kelas 1 SMA
Seperti biasa memasuki sekolah untuk pertama kali harus mengikuti masa perkenalan. Melalui penataran P4. Hanya beberapa hari perkenalan mulailah belajar seperti biasa, guru-gurunya luar biasa, ada dosen IKIP Bandung, ada juga guru muda yang energik. Pada saat kelas satu aku bertekad menjadi yang terbaik agar bisa masuk kedokteran atau perguruan tinggi negeri. Semua materi tidak ada yang terlewatkan, semua harus diikuti dengan serius.
Kurikulum saat itu penjurusan masuk ke kelas IPA atau IPS ditentukan pada semester ke dua, pilihan ku ingin masuk jurusan IPA. Nilai-nilai untuk pelajaran IPA kimia, fisika, biologi dan matematika memiliki nilai bagus dan aku termasuk 3 besar di kelas itu sebagai rangking ke dua kalah oleh Lilis Sulastri yang lebih tinggi nilainya sedikit.
Mulailah belajar di Kelas 1 IPA2 namanya. Keseriusan belajar di kelas satu terus sampai aku naik kelas 2 IPA 2 masih sebagai rangking ke dua. Matematika ku memang terbaik di antara teman-teman, sehingga aku menjadi andalan kalau pelajaran matematika. teman-temanku ingin di berikan les belajar bersama dengan ku di waktu pagi sebelum masuk sekolah, karena kelas 2 masuk siang. Beberapa kali memberikan les sesama teman, ada yang cepat menangkap penjelasan ku, ada juga yang susah. Memang di perlukan bakat dalam mempelajari konsep matematika.
Masih di kelas satu, aku juga sebagai siswa yang tidak mau diam, tetapi adakalanya di keluarkan dari kelas karena aku suka bersenandung yang terdengar oleh guru. Suatu ketika guru sejarah sedang menjelaskan tentang perang Diponogoro dengan menggunakan maping dan serius, karena kebiasaan ku suka bersenandung, terdengar oleh nya, langsung aku di tegur dan disuruh keluar, beliau marah besar merasa tidak diperhatikan oleh ku. Sebagai siswa tentu aku harus minta maaf kepada beliau, guru tersebut kalau tidak salah namannya Soleh Ali dari NTB.
Pada semester kedua aku sudah masuk kelas IPA dan tidak lagi memperoleh pelajaran sejarah, yang ada, Ilmu Pasti dan beberapa pelajaran umum lainnya. Untuk pelajaran jurusan tidak di khawatirkan semuanya bisa di lalui. Sesulit apapun pelajaran ilmu pasti kita carikan jawabannya.