Lihat ke Halaman Asli

Isar Dasuki Tasim

Profil sudah sesuai dengan data.

Anak Prajurit

Diperbarui: 21 Mei 2020   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayahku seorang prajurit baret hitam. Dari masuk prajurit sampai purna (pensiunan) beliau tentara baret hitam, tepatnya di Batalyon Kavaleri 1 Tank. Kenapa beliau masuk tentara, padahal beliau seorang anak pentani nun jauh di sana, tepatnya Bengkulu Selatan, Kedurang Manna.

Ada kisah menarik kenapa beliau nekat masuk tentara. Dahulu ketika tahun 1950-an sebelum tahun 1960 di Desa Kedurang banyak pemuda yang di culik oleh gerombolan, pada waktu itu sudah ada gerakan PRRI yang menentang kebijakan Pemerintah Pusat.

Beliau menyaksikan bagaimana Pamannya di Tarik dan di lemparkan naik keatas truk dibawa kesuatu tempat, entah apa maksudnya, sementara beliau hanya bisa melihat dan menendam di dalam hati. Dari kejadian itu beliau mengadu sama ibunya, karena beliau sudah ditinggal meninggal oleh Ayahandanya ketika masih kelas 3 smp.

Dengan berat hati Ibundanya mengijinkan beliau ke Palembang dengan membawa perbekalan secukupnya, padahal beliau sudah mempunyai putri yang cantic-cantik. Dia tinggalkan peninggalan dari ayahandanya dan di titipkan kepada ade perepuannya sambil menitipkan anak-anaknya.

Setelah menuju Palembang beliau mendaftar tentara. Karena di butuhkan banyak tentara beliau di terima dan di didik di Sekayu Palembang. Tiga bulan menjalani latihan sudah harus ikut berperang dengan menumpas PRRI, namun dalam cerita bahwa PRRI di panggil kembali kepangkuan Ibu Pertiwi oleh Presidan Soekarno. Selama dalam dinas, beliau ikut berperang mulai dari pembebasan Irian Jaya, Pagar Betis di daerah Garut Jawa Barat, dan operasi Seroja di Timor-Timor 1975 -- 1977.

Ketika di era tahun 1965 pecah Pemberontakan PKI saya sudah lahir. Saya lahir di Bandung, di Rumas Sakit Sariningsih, merupakan anak ke empat dari seorang Prajurit, karena ketiga kakak ku lahir sebelum beliau menjadi tentara.

Kenapa saya katakan anak Prajurit, karena memang beliau sudah menjadi tentara dengan pangkat Prajurit Dua Garis merah satu. Dari peristiwa itu Beliau mendapat hukuman administrasi karena menjadi tentara sudah menikah.

Banyak pengalaman dalam perjalanan sebagai Prajurit TNI, beliau sebagai CADUAD (Cadangan Umum Angkatan Darat) cikal bakal Batalyon Kavelrei 8 Tank yang berada di Bandung ketika itu. Banyak suka dukannya sebagai Prajurit di tengah ekonomi Bangsa Indonesia yang belum mapan.

Untuk menambah beli rokok dan jajan anak-anaknya beliau mencari Ayam kampung di daerah Kroya untuk di jual kembali kepasar di Bandung. Kesempatan itu hanya bisa di lakukan dua minggu sekali, itu pun kejar-kejaran dengan PM yang mengawasi pergerakan para prajurit diluar jam dinas. Memang berat menjadi seorang tentara ketika itu, pabrik-pabrik belum ada, kota Bandung masih sepi, jumlah penduduknya tidak seperti saat ini.

Dalam dinas militer. suatu ketika ada temu kangen komandan kompi dengan prajuritnya untuk menyampaikan keluhan atau apa saja dari hati-kehati, para prajurit di perkenankan untuk menyampaikan uneg-unegnya. Banyak yang di sampaikan terkait kebijakan komandan, namum namanya prajurit tetap siap mengemban perintah komandan.

Giliran orang tua ku menyampaikan uneg-unegnya, karena merasa tidak kalah dengan teman satu angkatan, beliau menyampaikan mengapa yang bisa sekolah untuk naik pangkat bukan dari kalangannya, karena waktu itu tentara ada yang dari suku Sumatera, Medan dan sekitarnya serta dari Jawa Barat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline