Lihat ke Halaman Asli

20 Juta… Aman...

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedang asyik menikmati nasi gandul di warung tenda lesehan di alun-alun kota, datang 3 orang pengunjung dan mengambil tempat dudukdi depan saya. Karena warungnya juga tidak seberapa besar, maka pengunjung harus berbagi tempat dan memanfaatkan area lesehan yang tersedia. Selidik punya selidik dari 3 pengunjung yang datang , yang dua adalah sepasang suami isteri dan satunya seorang lelaki yang saya tidak bisa saya pastikan. Mungkin teman mungkin saudara mungkin tetangga bahkan mungkin makelar.. penampilannya memang membingungkan.hehe he……. :)

to the point

Ketiga pengunjung tadi membicarakan tentang biaya sumbangan untuk masuk perguruan tinggi.

“Sekarang biaya sumbangan pembangunan gedung kampus sudah terbuka dan langsung tembak” ujar sang ibu.

“Tanpa tedeng aling-aling” tambah si Ibu.

Kemudian lelaki yang saya kira makelar tadi mulai membuka cerita tentang Jalurmasuk perguruan tinggi dan besaran sumbangan bayar di muka setiap calon mahasiswa :

1.Jalur 5 juta

Ini adalah jalur dalam daftar cadangan, dimana mahasiswa belum masuk daftar aman untuk diterima di perguruan tinggi tersebut. Namanya juga cadangan, kalau kuota sudah penuh maka tentu saja calon mahasiswa ini akan terpental alias goodbye. Seperti acara eliminasi idola di tv kita.

2.Jalur 10 juta

Calon mahasiswa sudah masuk daftar yang diterima, tetapi juga menunggu kuota. Kalau kuota berlebihan , bisa tergusur dengan calon mahasiswa yang mampu menyumbang lewat jalur ketiga.

3.Jalur 20 juta

Jalur super aman bagi para calon Mahasiswa, dengan uang sumbangan sebesar itu pihak kampus menjamin 100% bahwa satu kursi telah dipesan.

“ Kalau PGSD lebih mahal lagi bu, lebih dari 20 juta!”tambah lelaki yang mirip makelar itu.

“yang penting anak kita sudah aman ya pak “ sang ibu  tampak sumringah.

“Dijamin di terima!” tambahnya bersemangat.

Mendengar perbincangan dari orang-orang di depan saya ,dapat saya mengerti. Setiap orangtua berharap anaknya bisa menjadi “ORANG” untuk menjamin masa depannya. Meski dengan biaya yang tidak murah, mereka all out memperjuangkan masa depan anak mereka.

Lalu apamasalahnya?

Yang menjadi akar masalah adalah caranya.

Saya yakin para orangtua sadar 100% tidak menyetujui model penjaluran yang tertulis diatas. Akan tetapi keadaan dan cara pengambilan keputusan mereka banyak dipengaruhi contoh nyata kehidupan bermasyarakat. Bahkan penulis banyak menjumpai orang-orang yang telah terbawa arus yang negatif yang selalu berucap :

“hari gini mana ada yang gratis”

“hari gini mana ada orang yang jujur”

“hari gini …………………………………….” dan masih banyak lagiyang kelanjutannya berkonotasi negatif.

akhirnya...... SET!!!!!!

Mindset kita telah tertanam sugesti negatif.

Kita lupa bahwa kata yang keluar dari mulut kita kesemuanya adalah DOA.

Kita mendoakan orang-orang di sekitar kita bahkan mungkin diri kita sendiri.

Ini adalah kenyataan di masyarakat kita…….

Tergerusnya sebuah KEJUJURAN ……

Hanya satu kata untuk menghilangkan budaya yang tidak baik ini.

L A W A N !!!!!!!

be positif.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline