Menghadapi kolombia di perempat final, Brasil menghadapi masalah serius di skuadnya.Dari starting eleven saat lawan chile, beberapa pemain diragukan dapat kembali mengisi the winning team kala melawan Chile.Setelah kehilangangelandang Luis Gustavo karena cedera lutut kanan, 3 pemain lainnya juga masih tanda tanya. Yang pertama Neymar yang masih berjuang dengan cedera lutut dan paha. Meskipun bisa tampil, kondisinya pasti tidak 100%. Yang berikutnya adalah gelandang serang Oscar yang mengalami cedera paha kiri. Sedangkan pemain terakhir adalah David Luis(bek) yang masih berkutat dengan cedera punggungnya.Neymar, Oscar dan David Luis kemungkinan akan diturunkan sebagai pemain pengganti. Tetapi , bisa juga Neymar akan dipaksakan bermain di menit awal untuk memaksimalkan pergantian pemain.
The winning team brasil kala lawan chile :
Julio Cesar (gk),Dani Alves,T. Shilva(C),David Luiz,Fernandinho,Marcelo,Hulk, Fred, Neymar JR, Oscar , L.Gustavo
Perkiraan skema, Brasil akan menurunkan trisula striker yakni hulk,fred dan Jo, sedangkan di barisan gelandang kemungkinan Ramires dan willian akan turun dari menit awal. Di barisan pertahanan diantara Dante atau maicon mungkin juga akan diturunkan dari menit awal.
Disisi lain Kolombia sedang pada masa on firenya. James “Bond” Roddrigues menjadi “meriam “ untuk membuka pertahanan skuat Brasil. Absennya “falcao” menjadi berkah tim tanpa bintang ini. Coach Jose Pekerman bisa memaksimalkan para pemain “nothing to lose” nya yang mengusung kolektivitas.
rekam jejak kolombia
Kolombia lolos dengan predikat peringkat dua zona conmebol dibawah Argentina. Poin yang di kumpulkan pun hanya berselisih 2 poin dengan argentina. Dan Kolombia masih diatas Chili ,yang pertandingan di 16 besar kemarin membuat Brasil menguras tenaga dan airmata. Dua pertandingan terakhir Kolombia vs Chili menjadi momentum baik dalam melawan Brasil.
Kolombia mengalahkan chile di kualifikasi dengan skor 3-1 pada 11 September 2012, dan hebatnya itu terjadi di kandang chili. Padahal, pada babak pertama tertinggal 1-0. Pertandingan kedua 11 Oktober 2013 di kandang kolombia, keduanya berbagi skor 3-3. Istimewanya, pada babak pertama Kolombia tertinggal 0-3.Terlepas dari kartu merah yang diterima chili di dua pertandingan lawan Kolombia, tetap saja pencapaian "come back" Kolombia merupakan hal yang luar biasa.Permainan skema di dukung daya juang tinggi menjadi ciri khas anak asuh jose Pekerman ini.
Di putaran final kali ini, Kolombia diperkirakan akan “tamat” karena absennya Falcao. Tetapi prediksi hanyalah catatan diatas kertas. Dunia terperangah ketika Yunani harus tertunduk di hajar Kolombia dengan skor mencolok3-0. Berikutnya Pantai Gading yang harus tertunduk ketika dikalahkan dengan skor 2-1. Dan Jepang harus merasakan getirnya dibabat Kolombia dengan skor 4-1.
Di babak berikutnya, Uruguay yang pernah mengalahkanKolombia dengan skor 2-0 di kualifikasi Zona Conmebol, harus angkat koper dari Brasil setelah dikalahkan Kolombia dengan skor yang sama. Tak adanya Suarez bukan menjadi alasan kekalahan Uruguay kala menghadapi Kolombia. Ingat, kolombia juga tanpa Falcao.
Tanpa Falcao di puran final Brasil, ternyata Kolombia “lebih dahsyat” dalam bermain. Melebihi kedahsyatan kala babak kulaifikasi zona Conmebol. Bukan tidak mungkin,ledakan dahsyat Kolombia berakhir seperti Kala dinamit Denmark‘ meledak “ pada tahun 1992. Denmark berangkatke putaran final piala Eropa di Swedia untuk menggantikan Yugoslavia yang dilanda perang. Justru membawa gelar juara setelah membungkam Jerman 2-0 di partai final.
Melawan Brasil, Kolombia bisa turun dengan skuat yang “fresh”. Tak ada perbedaan skuat utama dan pengganti. Para pemain Kolombia yang di gawangi pemain yang merumput di italia (yepes di atalanta, zapata di Ac Milan, Zuniga di Napoli), memberikan kombinasi pertahanan ala Amerika selatan dan dan gerendel ala Italia. Hasilnya,hingga laga perempat final Kolombia hanya kebobolan 2 gol. Gelandang Guarin (Inter Milan), Cuadrado(Fiorentina) dan penyerang Ibarbo (Fiorentina) melengkapi aroma gaya Eropa di skuat Kolombia.
Penampilan Brasil yang kurang greget kala imbang 0-0 dengan mexico dan imbang 1-1 dengan Chile di waktu normal , menunjukkan bahwa tim ini masih angin-anginan. Kemenangan melawan tim “inkonsisten” kamerun merupakan hal wajar. Mungkin kemenangan lawan kroasia yang memberi nilai lebih. Tekanan publik Brasil yang ‘mengharuskan” tim ini juara sesungguhnya merupakan beban yang berat bagi skuat Brasil. Suporter yang datang ke stadion tidak 100% memberikan semangat bagi tim brasil, mereka juga merangkap menjadi “penagih” kemenangan di setiap laga. Beban harus menang berbaur dengan gemuruh fans Brasil menjadikan permainan tim ini fluktuatif.
Dengan visi bermain Jose Pekerman sang pelatih asal Argentina, yang tentu mengenal gaya permainan Brasil. Ditunjang permainan tanpa beban, para pemain “fresh” Kolombia, penulis berharap Kolombia bisa menghentikan Brasil di laga perempat final ini.
Salam sepak bola
Isant Satria
*) ILUSTRASI BY ISANT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H