Lihat ke Halaman Asli

Faisal Aji Setiawan

Pembaca yang suka nulis

Cara Berhenti dari Ketergantungan Tik Tok yang Toxic

Diperbarui: 25 November 2021   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menceritakan terkait bagaimana efek dari Tik Tok merusak kehidupan


Halo perkenalakan saya Faisal, seorang yang bercita-cita menjadi content creator dan banyak sekali menghabis waktu bermain sosial media, salah satunya adalah tiktok. Sebagai aplikasi yang sedang naik daun, tiktok menghadirkan banyak sekali informasi yang menarik dan uptodate. Membuat saya seringkali menghabiskan waktu dari mulai bermenit hingga hitungan jam.  Dari mulai bangun tidur, mau mandi, saat makan, jalan, mengobrol, bekerja, tiktok menjadi aplikasi yang sering sekali saya buka, terutama disaat saya merasa bosan.

Ditambah dengan fitur-fitur nya yang sangat menarik, siapa yang tidak akan tergoda, dari mulai fitur editing yang mudah, menyimpan dan menshare video yang menarik, hingga fitur filter yang lengkap dan beragam, seperti mengubah menjadi kepala botak, dan bermuka dinosaurus, melangsingkan dagu, membuat mata menjadi lebar dan kulit bersih. Ditambah dengan pilihan virtual background yang menarik, dan juga tersedianya fitur musik background yang gratis dan uptodate. Selain itu juga memiliki challenge yang beragam dan uptodate, seperti challenge berjoget, atau menirukan menggunakan sound yang sedang viral. Hal tersebut selain menarik orang untuk melihatnya juga membuat pengguna saling berlomba untuk membuat konten yang menarik agar dapat saling bersaing muncul di beranda atau biasa dikenal dengan istilah "For Your Page" (FYP) agar banyak ditonton, like, komen, share, dan menjadi viral. Hal tersebut tentu membuat tiktok menjadi aplikasi yang banyak digemari dan menyenangkan.

Berbagai macam tayangan tiktok yang sangat menarik dan terus menerus muncul di beranda atau FYP kita tanpa disadari terus menerus ditonton, membuat mata tidak mau beralih, tangan terus menerus scrolling hingga akhirnya mata merah, badan lelah, dan mood naik turun hingga berakibat pada aktivitas. Lalu apa hanya berefek pada kesehatan fisik semata? Tidak tentunya, sebagaimana dengan sosial media lainya, tiktok juga memiliki dampak pada psikis, meskipun dalam akun tiktok banyak orang-orang yang tidak berteman dengan temanya seperti di instagram, dan otomatis tidak melihat postingan dan instastory teman yang dikenal, yang mungkin dapat membuat iri, terganggu, insecure dan lain sebagainya, itulah beberapa alasan yang sering diungkapkan oleh beberapa orang bahwa "Tiktok itu aplikasi iseng buat lihat video seru-seruan doang, mana mungkin toxic".

Nyatanya setiap kali melihat konten akan selalu memberikan dampak terhadap diri kita sendiri, baik itu konten positif ataupun negatif, termasuk konten video yang ada di tiktok contohnya konten orang yang memamerkan kekayaan, atau konten yang memancing emosi saat melihatnya kita akan merespon dengan marah, mencaci, bahkan seringkali ikut memberikan komen negatif di akun tersebut, atau dengan memberikan like dukungan di komen negatif di akun tersebut. Hal tersebut bukankah kita menjadi sama saja menjadi haters? yang tanpa disadari dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Ataupun konten dari seorang yang memiliki hidup sempurna, pertemanan yang asik, percintaan yang goals dan karir yang begitu luar biasa. Hal tersebut membuat kita langsung membandingkan pada diri sendiri, bertanya pada diri sendiri kenapa saya tidak bisa seperti itu dan akhirnya membenci diri sendiri dan orang-orang disekitar kita mengapa tidak bisa sesempurna seperti di video. Apa yang sering kita konsumsi tersebut ternyata memberikan dampak kepada kesehatan mental kita, yang membuat kita memiliki ekspektasi yang sangat tinggi untuk berharap harus memiliki hidup sempurna seperti di tayangan. Akhirnya berdampak pada perasaan minder, insecure, frustasi dan menutup diri, serta menuntut orang dan lingkungan kita harus sesuai dengan apa yang ada di tayangan.

Dalam Kasus saya sebagai seorang yang memiliki keinginan untuk menjadi konten kreator tiktok, seringkali saya terjebak pada situasi dari semula membuka titkok untuk melihat traffic perkembangan, dan mereset konten yang sedang viral untuk dijadikan referensi. Namun akhirnya berakhir menjadi terlalu menikmati setiap konten, hingga lupa tujuan awal, membuat terus menerus scroll dari bermula beberapa detik, menit, ke jam hingga akhirnya mata lelah, dan berujung penyesalan karena telah banyak menyia-nyiakan waktu dan berakibat mood turun dan malas untuk membuat konten tiktok seperti tujuan awal melihat tayangan tiktok. Butuh waktu lama untuk mengembalikan mood dan berdamai pada diri untuk siap membuat konten tiktok kembali. Pola kejadian tersebut sangat sering dialami oleh saya, hingga akhirnya saya memutuskan untuk berhenti di tiktok dan menghapus aplikasi tersebut di smartphone.

Pertimbangan tersebut saya ambil karena terus menerus merasa terjebak pada situasi kecanduan yang berdampak buruk pada saya:
Saya menjadi terlalu mementingkan apa yang ada di layar smartphone dan tidak memperdulikan orang-orang disekitar, tanpa disadari kebiasaan kecil seperti bermain smartphone saat berbicara juga berdampak buruk, kita menjadi tidak fokus dan tidak menghargai lawan bicara kita, rasa empati, kepekaan dan kepedulian dengan orang-orang disekitar kita juga menjadi berkurang, malahan kita menjadi antusias ketika terjadi permasalahan di sosial media, yang sudah jelas kita tidak mengenalnya. Bahkan adanya tiktok membuat banyak orang lebih suka bercerita disana daripada dengan orang-orang di sekitar mereka, hal tersebut tanpa disadari membuat hubungan dengan orang disekitar kita menjadi jauh dan asing.

Tidak hanya permasalahan sosial namun juga kesehatan fisik menjadi ikut berdampak, saya menjadi kurang konsentrasi, banyaknya aktivitas sehari-hari yang selalu dibarengi dengan bermain tiktok membuat saya menjadi tidak fokus, dan juga merasa permasalahan tertumpuk dan berantakan, ditambah dengan banyaknya informasi yang masuk membuat otak harus bekerja keras mencernanya, dan menguras energi, selain itu kita juga menjadi gampang lupa karena terlalu banyak hal yang masuk ke otak. Berdasarkan sumber yang banyak dibahas di website berikut efek-efek yang didapat apabila sangat ketergantungan dengan Tiktok:  Jam tidur menjadi terganggu, lelahnya badan yang mengharuskan tidur nyatanya menjadi enggan tidur ketika mata dan otak masih senang melihat tayangan titkok,

Merasa kesepian, meskipun merasa terhibur dengan tayangan di tiktok belum tentu kita terhindar dari perasaan kesepian, dan kebahagiaan? karena yang di dalam layar akan sangat sebentar kita rasakan, setelah itu muncul rasa kesepian, tidak bahagia dan lain sebagainya karena memang kita tidak merasakanya secara langsung, dan tayangan di dalam titkok seringkali membuat kita berekspektasi terlalu tinggi tanpa melihat keadaan disekitar kita sebenarnya. Hal tersebut membuat depresi dan akan mengganggu kesehatan mental.
Berbeda dengan Instagram melihat instastory tidak banyak menghabiskan waktu scrolling tiktok, atau menonton Youtube ketika tayangan sudah selesai kita terbiasa stop dan melanjutkan aktivitas lainnya, bahkan sebelum video tersebut habis sudah merasa bosan dan stop. Bahkan sering juga merasa insecure dengan apa yang telah diraih orang lain.
Bukan iri ya, namun rasa sedih karena gagal, karena belum mampu seperti orang tersebut, kok bisa ya, ko aku gabisa, apa yang kurang dengan aku ya. Ya jadinya malah merendahkan diri, membenci diri dan menutup diri. Permasalahan ini terus berputar, hari demi hari

Berhenti dengan Tiktok

Tepat di tanggal 30 Juli 2021 saat email masuk dari perusahaan yang saya daftar berisi penolakan. Saya down dan merasa sangat tidak berguna, saya menyalahkan diri sendiri kenapa tidak totalitas dalam mempersiapkan proses tersebut, saya merasa banyak sekali aktivitas yang bermanfaat menjadi terganggu akibat terlalu fokus dengan aplikasi tiktok.
Oleh karena itu saya memutuskan untuk berhenti dan menghapus tiktok dalam waktu sampai benar-benar mendapatkan pekerjaan. Sudah lebih dari 3 bulan saya berhenti tiktok dan berikut rangkuman fase-fase yang saya alami:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline