Di jaman modern sekarang ini, penyebaran informasi berlangsut begitu cepat. Ketika ada suatu kejadian besar, banyak media dari berbagai platform pun beramai-ramai menyajikan informasi tersebut. Hal ini membuat persaingan antar media untuk menarik perhatian masyarakat menjadi lebih ketat.
Tidak hanya dituntut untuk cepat dalam memberikan berita, hal yang tak kalah penting dalam menyebarkan informasi adalah akurasi. Sebelum sebuah berita disebarkan pada masyarakat, oknum-oknum di balik berita tersebut pun harus memastikan informasi yang diberikan adalah informasi yang benar dan bukanlah sebuah 'kabar burung' belaka.
Dalam bukunya yang bertajuk Jurnalistik : Teori dan Praktik, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat (2016, h.47) menyatakan bahwa syarat-syarat dari berita adalah akurat, lengkap, adil, dan berimbang. Akurasi merupakan yang paling utama untuk dijunjung tinggi oleh para jurnalis dimanapun mereka berada.
Sebab jika seorang jurnalis tidak dapat memberikan berita yang benar mengenai sebuah kejadian, ia harus siap menerima cap sebagai jurnalis yang tidak memiliki kredibilitas dan berpotensi kehilangan pekerjaan.
Dengan begitu, kecermatan sangat dibutuhkan oleh jurnalis baik dalam hal mengecek fakta sesuatu yang diliput secara berkala serta dalam hal penulisan berita (Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, 2016, h.48). Selain catatan lengkap mengenai waktu peliputan dan deskripsi kejadian, tidak bisa dipungkiri bahwa potret tempat kejadian perkara juga merupakan salah satu bukti pendukung akurasi berita.
Namun hal ini tidak lagi menjadi satu-satunya pertimbangan seseorang dalam mengonsumsi sebuah berita. Tidak bisa dipungkiri bahwa cara penyajian berita pun menjadi faktor penting dalam menggugah keinginan masyarakat untuk melihat berita tersebut. Menurut saya, salah satu faktor penting dalam membuat berita terlihat menarik adalah judul berita dan gambar yang digunakan dalam penyajian berita tersebut.
Gambar merupakan faktor yang memegang peranan besar dalam menarik perhatian pembaca. Mengapa? Seperti yang kita ketahui, manusia memiliki kecenderungan untuk tertarik pada sesuatu melalui visual. Selama berabad-abad, visual yang menarik selalu berhasil mencuri perhatian meskipun pada mulanya seseorang sedang tidak fokus (Gray, Bounegru, dan Chambers, 2012, h.134).
Teori biologi ini pun juga dapat diterapkan dalam jurnalistik. Kenyataan bahwa gambar adalah hal yang penting dalam mempersuasi orang untuk membaca sebuah artikel sama sekali tidak bisa terelakan. Sering kali seseorang membaca artikel karena tampilan gambar yang menarik. Judul yang menarik serta gambar yang bagus adalah kolaborasi yang baik untuk membuat siapapun meluangkan waktu membaca berita walau pada awalnya ada rasa enggan.
Saya melihat bahwa sekarang sudah banyak portal-portal berita online yang tidak lagi hanya mengandalkan berita singkat, padat, dan jelas dengan sebuah gambar/ilustrasi bukti pendukung. Penyajian berita yang semula lebih terfokus pada tulisan kini sudah mulai berubah. Dalam hal ini, gambar atau ilustrasi menjadi elemen paling utama dalam penyajian berita. Contohnya seperti photo story dan infografis.
Photo Story merupakan kegiatan menampilkan hasil jepretan foto dengan memberikan deskripsi yang menjadi latarbelakang cerita dari foto-foto yang diambil. Prinsipnya hampir sama dengan penyajian berita yang selama ini digunakan, namun photo story lebih mengarahkan fokus pembaca pada gambar yang disajikan. Gambar yang disajikan pun tidak boleh sembarangan dipilih.
Berdasarkan sebuah artikel dari BBC, gambar yang dicantumkan pun harus mampu membawakan 'suasana' dari sebuah berita. Membawakan suasana yang dimaksud di sini adalah mempertegas berita yang diliput.