Lihat ke Halaman Asli

Isa Saburai

Lagi nyari jati diri, tetapi terlanjur dipaksa mencintai

Kenapa Apa-Apa Harus Formalitas?

Diperbarui: 13 Maret 2023   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selamat Malam Sahabat Isa Saburai.

Semoga gak bosen membaca tulisan-tulisan saya yang sederhana ini. Bagaimana kabar kalian sekarang? Semoga selalu bahagia, ya.

Capek gak si, hidup kita harus dituntut untuk hanya formalitas saja sehingga secara tidak langsung merusak karakter kita yang memang tidak suka formalitas.

Ucapan-ucapan, "Heleh! Hanya formalitas saja itu." Sering kita dengar dan bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari.

Kurangnya konsisten atasan dan mudahnya memberikan keputusan tanpa harus memikirkan dampak baik dan buruk untuk semua orang ke depannya.

Padahal, bukankah hidup itu harus apa adanya? Bukan ada apanya dengan hidup? Sehingga karakter tanggung jawab dan kejujuran akan terbangun dari kesadaran setiap manusia karena kebiasaan.

Jika kita sudah terbiasa dengan kebersihan, sopan santun, dan lain sebagainya maka ketika ada studi banding dari luar ke sebuah perusahaan atau instansi, orang-orang yang ada di perusahaan atau instansi tersebut akan terbiasa untuk melakukan kebersihan dan sopan santun di hadapan orang. Karena kesadaran dan kebiasaan itu sudah tumbuh di diri orang-orang tersebut. 

Berbeda dengan orang yang harus bersikap bersih dan sopan santun di hadapan tamu saja, tetapi setelah tamu pergi sikap sebenarnya mulai muncul kembali, seperti jorok, tidak tertib, dan buruknnya akhlak.

Sampai kapan generasi Indonesia harus dicekokin dengan hal seperti itu? Formalitas sudah mendarah daging diberbagai lini. Mereka tahu, hal ini sangat tidak baik untuk masa depan generasi bangsa, tetapi kenapa tidak mau menghentikan dan mulai mendidik secara perlahan-lahan.

Dengan menerapkan formalitas di benak generasi bangsa maka benih-benih kejujuran akan terkikis dan bisa-bisa lenyap. Kejujuran itu bukankah sangat penting? Lalu, mengapa kita selalu diajari berbohong dalam tanda kutip formalitas?

Sedih, melihat kejadian seperti ini masih ada di sekeliling kita. Bahkan pelopor formalitas itu adalah orang-orang yang berilmu dan berpendidikan tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline