Lihat ke Halaman Asli

Isa Saburai

Lagi nyari jati diri, tetapi terlanjur dipaksa mencintai

Lelah Boleh, Mager Jangan

Diperbarui: 3 Maret 2023   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jangan malu berkata LELAH. Karena semua manusia mempunyai rasa lelah kok. Itu hal yang wajar dan gak perlu berkepanjangan. Ada yang lelah terus istirahat. Ada juga yang lelah berujung mager. Semua tergantung bagaimana kita membawa lelah itu menjadi lebih kreatif dan produktif.

Robot juga bisa lelah karena sering dipakai. Begitu juga manusia. Jangan sok kuat karena malu dibilang lemah atau omongan sejenisnya. Jika dirimu lelah maka istirahat yang cukup dan tidak perlu dipaksakan jika ujung-ujungnya kesehatanmu menjadi korban keegoisanmu.

Istirahat ketika lelah juga jangan berkepanjangan, Sob. Nanti malah rasa mager akan menghampirimu, lho. Istirahat seperlunya saja, jika sudah dirasa sudah membaik langsung saja melanjutkan aktivitasmu.

Jika rasa mager sudah masuk ke dirimu, bisa dipastikan hari-harimu tidak akan berwarna dan berujung penyesalan. Kenapa bisa seperti itu? Karena ketika rasa mager itu muncul, dirimu akan mengatakan, "Nanti sajalah, satu jam lagi-lah." Perkataan seperti ini biasanya akan berujung dusta. Kalau terlaksana juga pasti telat dalam melaksanakannya.

Kebiasaan buruk ini bisa menjadikanmu menjadi orang yang tidak tanggung jawab, pemalas, dan suka menggampangkan sesuatu. Oleh karena itu, terus tanamkan mental pejuang yang tidak akan takut berjuang apalagi sampai malas melawan musuh.

Pejuang-pejuang Indonesia dahulu tidak ada kata mager. Lelah, pasti ada, tetapi setelah merasa kuat untuk bangkit kembali maka akan melanjutkan meraih kemerdekaan.

Kalau zaman sekarang, kan, tidak. Bilangnya lelah, ketika istirahat bisa sampai seharian dan anehnya malah main 'game.' Itulah, sedikit kekurangan generasi sekarang akan pentingnya produktivitas dan kreativitas untuk kemajuan negeri pertiwi.

Mereka lebih suka dengan zona nyaman sehingga takut untuk melangkah lebih jauh. Sekali keluar dari zona nyaman malah membuat kegaduhan, merampok, atau membunuh sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain.

Jika generasi penerus bangsa saja sudah seperti itu, bagaimana selanjutnya. Memang gak semua generasi bangsa seperti itu, tetapi jika kita melihat presentase yang ada, lebih banyak generasi muda yang mageran daripada generasi yang produktif, inovatif, dan kreatif.

Sehingga dalam hal itu, akan terjadi ketidakseimbangan generasi bangsa yang mau ikut memajukan bumi pertiwi yang kita cintai ini. Apa mungkin mereka masih mengandalkan orang tuanya? Atau mungkin dia masih mengandalkan gurunya?

Anehnya, kenapa mereka tidak berpikir bahwa orang tua dan guru akan ada saatnya tiada dan merekalah yang harus mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjuangannya?

Sungguh miris!

Jumat-Jakarta Barat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline