Janji Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk memangkas kemiskinan di Indonesia menjadi salah satu sorotan utama setelah pelantikan mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada 20 Oktober 2024. Dalam pidato perdananya, Prabowo menegaskan komitmennya untuk menghilangkan kemiskinan, yang dianggapnya sebagai tantangan nyata yang dihadapi oleh jutaan rakyat Indonesia. Meskipun angka kemiskinan secara persentase menunjukkan penurunan, jumlah absolut orang miskin justru meningkat, terutama akibat dampak pandemi COVID-19. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2023, sekitar 9,54% dari total populasi Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Oleh karena itu, langkah-langkah konkret harus diambil untuk memastikan bahwa bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran, sehingga masyarakat yang benar-benar membutuhkan dapat merasakan manfaatnya.Salah satu strategi utama yang dijanjikan adalah penyaluran subsidi langsung kepada masyarakat miskin dengan memanfaatkan teknologi digital. Dengan menggunakan aplikasi dan platform digital, pemerintah berharap dapat meningkatkan efisiensi distribusi bantuan sosial dan mengurangi potensi penyalahgunaan. Program bantuan tunai dapat disalurkan melalui dompet digital, memungkinkan penerima untuk mengakses dana secara langsung dan aman. Hal ini juga akan memudahkan pemerintah dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas program-
program tersebut. Selain itu, Prabowo menargetkan swasembada pangan dalam waktu lima tahun ke depan. Dia percaya bahwa Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri tanpa tergantung pada impor. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah berencana untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui inovasi teknologi dan pelatihan bagi petani, sehingga pendapatan mereka dapat meningkat dan berkontribusi pada pengurangan angka kemiskinan .Di sisi lain, Prabowo juga menekankan pentingnya swasembada energi sebagai bagian dari upaya mengatasi kemiskinan.
Ketergantungan pada energi fosil harus dikurangi untuk menciptakan sistem energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pemerintah berencana untuk memanfaatkan sumber daya energi terbarukan seperti matahari dan angin guna memastikan ketahanan energi nasional. Investasi dalam infrastruktur energi akan membuka peluang kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, untuk mencapai semua janji ini, diperlukan kebijakan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter sangat penting agar program-program sosial dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.Meskipun janji-janji ini menunjukkan komitmen kuat dari pemerintahan Prabowo-Gibran, tantangan besar tetap ada di depan mereka. Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa semua program yang diluncurkan tidak hanya efektif tetapi juga transparan
. Korupsi dan penyalahgunaan wewenang sering kali menjadi penghalang dalam penyaluran bantuan sosial. Oleh karena itu, evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan efektivitas setiap program yang diluncurkan serta akuntabilitas penggunaan anggaran negara. Selain itu, menciptakan kesadaran di kalangan masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam program-program pemerintah juga menjadi tantangan tersendiri.Dengan visi besar untuk menurunkan tingkat kemiskinan di bawah 6% pada tahun 2029, pemerintahan ini harus berkomitmen pada pelaksanaan kebijakan yang responsif dan berbasis data. Kebijakan-kebijakan tersebut harus melibatkan partisipasi masyarakat agar kebutuhan riil mereka dapat terakomodasi dengan baik. Jika berhasil, langkah-langkah ini tidak hanya akan mengurangi angka kemiskinan tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Masyarakat yang sejahtera akan menciptakan fondasi yang kuat bagi pembangunan bangsa kedepannya,menjadikan Indonesia lebih berdaya saing tinggi di kancah global serta mampu menghadapi berbagai tantangan masa depan dengan lebih baik. Setelah pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada 20 Oktober 2024, janji mereka untuk memangkas kemiskinan menjadi sorotan utama. Dalam pidato perdananya, Prabowo menegaskan komitmennya untuk menghilangkan kemiskinan, yang dianggapnya sebagai tantangan nyata bagi jutaan rakyat Indonesia.
Meskipun angka kemiskinan secara persentase menunjukkan penurunan, jumlah absolut orang miskin justru meningkat, terutama akibat dampak pandemi COVID-19. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2023, sekitar 9,54% dari total populasi Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret perlu diambil untuk memastikan bahwa bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran
, sehingga masyarakat yang benar-benar membutuhkan dapat merasakan manfaatnya.Salah satu strategi utama yang dijanjikan oleh Prabowo adalah penyaluran subsidi langsung kepada masyarakat miskin dengan memanfaatkan teknologi digital. Dengan menggunakan aplikasi dan platform digital, pemerintah berharap dapat meningkatkan efisiensi distribusi bantuan sosial dan mengurangi potensi penyalahgunaan. Program bantuan tunai akan disalurkan melalui dompet digital, memungkinkan penerima untuk mengakses dana secara langsung dan aman. Hal ini juga akan memudahkan pemerintah dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas program-program tersebut. Selain itu, Prabowo menargetkan swasembada pangan dalam waktu lima tahun ke depan.
Dia percaya bahwa Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri tanpa tergantung pada impor. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah berencana untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui inovasi teknologi dan pelatihan bagi petani, sehingga pendapatan mereka dapat meningkat dan berkontribusi pada pengurangan angka kemiskinan.Di sisi lain, Prabowo juga menekankan pentingnya swasembada energi sebagai bagian dari upaya mengatasi kemiskinan. Ketergantungan pada energi fosil harus dikurangi untuk menciptakan sistem energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pemerintah berencana untuk memanfaatkan sumber daya energi terbarukan seperti matahari dan angin guna memastikan ketahanan energi nasional. Investasi dalam infrastruktur energi akan membuka peluang kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, untuk mencapai semua janji ini, diperlukan kebijakan yang terintegrasi dan berkelanjutan
. Sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter sangat penting agar program-program sosial dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.Meskipun janji-janji ini menunjukkan komitmen kuat dari pemerintahan Prabowo-Gibran, tantangan besar tetap ada di depan mereka. Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa semua program yang diluncurkan tidak hanya efektif tetapi juga transparan. Korupsi dan penyalahgunaan wewenang sering kali menjadi penghalang dalam penyaluran bantuan sosial. Oleh karena itu, evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan efektivitas setiap program yang diluncurkan serta akuntabilitas penggunaan anggaran negara.
Selain itu, menciptakan kesadaran di kalangan masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam program-program pemerintah juga menjadi tantangan tersendiri.Dengan visi besar untuk menurunkan tingkat kemiskinan di bawah 6% pada tahun 2029, pemerintahan ini harus berkomitmen pada pelaksanaan kebijakan yang responsif dan berbasis data. Kebijakan-kebijakan tersebut harus melibatkan partisipasi masyarakat agar kebutuhan riil mereka dapat terakomodasi dengan baik. Jika berhasil, langkah-langkah ini tidak hanya akan mengurangi angka kemiskinan tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.