Teknologi, terutama dibidang informasi digital berkembang pesat dan membawa banyak sekali kemudahan bagi kita. Hingga kira kira sepuluh tahun yang lalu, fotografi masih merupakan hobi yang ribet, sulit dan mahal. Mengapa? Sebab pada fotografi analog ada keterbatasan pada jumlah foto yang bisa kita ambil (paling banyak 36 kali dalam satu cartridge). Ribet, karena untuk menghasilkan film negatif harus melalui proses di tempat tertentu yang belum tentu ada disetiap daerah. Dan tentunya segala hal tersebut berujung kepada biaya dari pembelian cardtridge film, memproses hingga mencetak foto semuanya membutuhkan penanganan khusus (=biaya mahal). Sekarang, adalah hal yang biasa kita melihat perangkat fotografi dimana mana. Di laptop ada webcam yang bisa digunakan menangkap gambar dan merekam video. Di telepon selular, kita justru susah mencari jenis yang tidak memiliki kamera. Jangan tanyakan lagi kemudahan. Kita setiap saat dapat merekam saat saat dalam kehidupan kita. Tapi, kemudahan tersebut jika tidak dibarengi dengan pendidikan kesadaran dan pengertian tentang resiko yang dikandungnya, maka teknologi bisa menjadi pangkal tragedi. Kombinasi teknologi fotografi digital,akses internet, gadis remaja yang naif dan seorang mantan pacar yang sakit hati berujung kepada menyebarnya foto foto telanjang sang gadis di belantara forum dan blog. Keisengan merekam adegan intim, melupakan bahwa perangkat perekam dapat hilang dan jatuh ditangan seseorang yang tega menyebarkan diranah digital yang sama sekali tidak maya. Tragedi yang tidak perlu terjadi jika kita semua mau menahan diri untuk ikut senang menikmati foto-foto atau video telanjang tersebut atau malah ikut andil menyebarkannya atas alasan berbagi, iseng dan heboh demi mengingat, bahwa bisa saja foto tersebut adalah orang yang kita kenal atau malah salah seorang kerabat kita sendiri. Tak ada yang mengambil pelajaran dari bocornya video anggota DPR dan Artis Dangdut, Tersebarnya video seorang Artis band Pop terkenal dan kedua wanita dekatnya, tersebarnya foto bugil sang calon bupati bersama orang dekatnya. Itu semua tidak cukup untuk menyadarkan remaja-remaja yang naif dan merekam diri mereka yang telanjang ke berkas digital. Hingga berkas digital berisi tubuh telanjang mereka kemudian terkirim ke ranah internet dan (kemungkinan besar) akan disana selamanya. Di internet, dengan mengetikkan kata kunci format video telepon selular, maka bermunculanlah ribuan tautan yang menawarkan pengunduhan ribuan karya amatir para remaja dan anak muda kita yang tanpa sadar menghancurkan dirinya dan masa depannya. Hanya karena mereka tidak tahu dan tidak sadar bahwa berkas digital dengan mudahnya digandakan dan disebarkan. Dan kita, dengan tanpa sadar ikut menyebarkan tanpa ingat bahwa dengan menekan tombol kirim, kita telah ikut menghancurkan kehidupan seorang manusia. Ranah digital bagaikan api. Manfaatkan dengan baik, dan ia akan memberimu kehidupan yang lebih baik. Tinggalkan kehati-hatian dan disiplin, maka terbakar dan hangus adalah hasil akhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H