Lihat ke Halaman Asli

Irwan Syahputra Lubis

hamba Allah; pendosa, pencinta santri dan ulama

Profil Ustaz Irham Syahputra, Qari MPTT-I Aceh Singkil dan Pengasuh Baitul Qur'an as-Singkily

Diperbarui: 17 Desember 2022   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ustaz Irham Syahputra, S.H.I. saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an (Foto: Irwan Syahputra Lubis)

Ustaz Irham merupakan panggilan dari pria bernama lengkap Irham Syahputra, S.H.I. bin Ismail. Lelaki kelahiran Desa Pulau Baguk, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, 5 April 1990 silam ini, adalah seorang pelaku seni, yakni seni baca Al-Qur'an. Semenjak kecil, bakatnya bahkan telah terlihat di bidang tersebut.

Di tahun 1999, saat masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar, suami dari Ira Maisara ini mengaku sudah mulai belajar tilawah Al-Qur'an. Kini, berkat keterampilan dan keistikamahannya, ia telah dikenal sebagai qari sekaligus pembina kaderisasi calon qari dan qariah di Aceh Singkil.

"Saya mencintai, membaca, dan suka mendengarkan orang-orang bertilawah," kata Irham.

Ayah dari Aufa Azzahra Irham itu menceritakan kisah sebelum menjadi qari dan bisa ikut di setiap ajang Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat kabupaten bahkan MTQ tingkat Provinsi Aceh.

"Pada tahun 2003, saya telah belajar Al-Qur'an dan belajar tilawah kepada Ust. Syahmuddin Zai di Pulau Banyak," kenang Irham. "Tahun 2006, saya belajar di Blangpidie sambil mondok di Dayah Bustanul Huda Blangpidie, Abdya, yang dipimpin oleh almarhum Abuya Tgk. Syekh H. Muhammad Syam Marfaly. Setiap sore, saya belajar tilawah bersama H. Syamsul Bahri dari Labuhanhaji. Tahun 2009 sampai 2015, saya belajar kepada Drs. Tgk. H. Jailani Mahmud di Masjid Raya setiap malam Rabu. Lalu, Ust. Hamli Yunus, S.Ag. dan Ust. H. Iqbal Hasan, S.H.I. juga sering mengajak saya membaca Al-Qur'an (haflah) ketika ada orang meninggal dunia atau undangan lainnya," cerita penyuka espreso gula aren tersebut.

Menurutnya, seorang qari semestinya meluangkan waktu sesering mungkin untuk terus belajar dan membaca Al-Qur'an. Bahkan sebagai pengikut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kandungan isi Al-Qur'an sebagai penuntun hidup harus diamalkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketua ISNU (Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama) Kabupaten Aceh Singkil itu merasa terpanggil untuk terlibat aktif dalam pembinaan dan kaderisasi qari dan qariah. Saban Selasa malam, selepas salat Magrib dan kemudian dilanjutkan setelah salat Isya, di balai pengajiannya yang beralamat di Desa Ujung, Singkil, ustaz yang murah senyum itu mengajar para anak didiknya untuk dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.

"Sekarang saya mengajar mengaji tilawah di balai sendiri dan di beberapa tempat lain," kata qari yang mengidolakan Syekh Mahmood Shahat Anwar, seorang qari asal Mesir.

Dari pengalaman belajar dan mengajar mengaji, Irham mendapati banyak sekali kekeliruan saat seseorang membaca Al-Qur'an, antara lain tajwid belum tepat, irama belum baik, juga makhraj (artikulasi) yang belum benar.

Menurut Irham, belajar Al-Qur'an tidak cukup saat di hadapan guru saja, seharusnya calon qari mengulang-ulang kembali bacaan yang telah diajarkan. Dengan demikian kesalahan dan kekurangan dalam membaca kitab suci umat Islam ini dapat terminimalisir dan terhindarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline