Lihat ke Halaman Asli

IRWAN SP

Wiraswasta

Revolusi Pola Tanam Kopi

Diperbarui: 25 Maret 2023   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Indonesia adalah pemasok biji kopi nomer 4 terbesar di dunia, dengan jumlah produksi rata-rata 600.000 ton biji kopi setiap tahun.  Biji kopi tersebut dihasilkan dari lahan seluas hampir 1,3 juta hektar.  Bandingkan dengan negara Brazil yang luas lahan hanya separuh luas lahan Indonesia namun dapat menghasilkan biji kopi sebanyak 4 juta ton yang berati produktivitas lahan kopi per hektar mencapai 5 ton!!!.

Rendahnya produktivitas kopi Indonesia tentu juga sangat berdampak pada kesejahteraan petani kopi Indonesia.  Ada beberapa penyebab rendahnya produktivitas kopi Indonesia yaitu kurangnya pengetahuan petani, penggunaan pupuk yang rendah dan pola tanam yang masih tradisional.

Dalam sistem penanaman kopi di Indonesia selama ini menggunakan jarak tanam 2x2 meter bahkan 3x2 meter sehingga didapat jumlah populasi tanaman per hektar 1600 hingga 2500 batang.  Jarak tanam kopi saat ini telah di terapkan sejak awal penanaman kopi di Indonesia awal abad 19 hingga sekarang.  Penanaman kopi di Indonesia juga selalu di sertai dengan penanaman pohon penaung dengan maksud untuk kelestarian tanah dan umur tanaman kopi yang lebih panjang (30tahun).   

Pemeliharaan tanaman kopi pun dilakukan sebatas pengetahuan petani yang didapat dari  tradisi keluarga.  Belum lagi penggunaan pupuk yang sangat minim akibat mahalnya harga pupuk dan sulitnya mendapat pupuk.

Dengan pola tanam seperti itu  produktivitas kopi per hektar di indonesia dari tahun ketahun berkisar di angka rata rata  500kg hingga 800kg saja. Bandingkan dengan produktivita kopi negara Brazil yang mencapai 2500kg per hektar untuk kopi arabica dan 6000kg per hektar untuk robusta. 

Negara Brazil telah menglami peningkatan produktivitas kopi perhektar dengan sangat pesat sejak menerapkan pola tanam rapat yaitu 2,5x1m atau 3x0,5m  sehingga Pada sistem tanam rapat per hektar lahan dapat memuat hingga 7000 tanaman.  

Pemupukan tanaman kopi oleh petani negara Brazil dilakukan dengan mengikuti anjuran pemerintah setempat.  Dosis dan jenis pemupukan disesuaikan dengan perkembangan tanaman dan jumlah tanaman per hektar. 

Dengan pola tanam rapat, negara Brazil sebenarnya memiliki jumlah batang kopi 2 kali lebih banyak dari negara Indonesia walaupun luas lahan kopi di Brazil separuh dari luas lahan Kopi Indonesia.  Jumlah buah per batang kopi petani Brazil juga 2 kali lebih banyak dari buah kopi petani Indonesia akibat pemupukan yang tepat dosis dan tepat jenis serta pemeliharaan yang benar.

Petani kopi Indonesia harus segera menerapkan sistem penanaman kopi seperti petani brazil untuk dapat meningkatkan produktivitas dan tentu saja akan berdampak pada kesejahteraan petani kopi.  

Selain itu Indonesia akan terhindar dari impor kopi satu dekade kedepan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri.  saat ini konsumsi kopi masyarakat Indonesia telah mencapai 70% dari total produksi Indonesia, naik 7% setiap tahunnya.  Dengan demikian apabila produktivitas kopi Indonesia tetap stagnan maka dapat dipastikan dalam 10 tahun ke depan Indonesia akan mengimpor kopi dalam jumlah yang sangat besar untuk memenuhi konsumsi masyarakat.

Dukungan pemerintah tentu sangat di perlukan mulai dari peningkatan kemampuan petani kopi, pemahaman serta penyediaan pupuk dan dukungan modal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline