Lihat ke Halaman Asli

Presentasi yang Selalu Sama; Terbata-bata dan Aneh

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat akan presentasi perasaanku biasa saja tidak merasa gugup, cuma dalam hati berkata saat aku bicara nanti pasti yang kuucapkan terbata-bata karena aku kurang bisa berbicara di depan umum, “wan kamu deg-degan ga?” Tanya orang di sebelahku “ga, nyantai aja” jawabku, “kalau aku suka gugup” aku jawab lagi “apalagi aku ga bisa nyusun kalau bicara, tapi ga apa lah, mau gimana lagi”, selang beberapa lama moderator mempersilahkan untuk presentasi dan kemudiandengan terbata-bata aku menyampaikan ini….. lanjut ke bawah…. BAB I LATAR BELAKANG PENDIRIAN/PERLUASAN USAHA 1.1 Latar Belakang Usaha 1.1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alamnya namun yang disayangkan sumber daya manusia yang belum bisa mengelola kekayaan alamnya sendiri dengan baik. Bagaimana bangsa ini mau maju dan bersaing dengan Negara lain masyarakat pun masih banyak yang belum bisa mengakses ilmu pengetahuan dengan mudah, hal ini dikarenakan lembaga pendidikan kita yang telah mengalami pergeseran ideologi dari cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa telah bergeser mengikuti sistem ekonomi neoliberalisme melalui proses yang dikenal sebagai globalisasi korporasi yaitu perubahan kebijakan untuk meningkatkan kebebasan investasi asing dan menghapus regulasi pemerintah. Bahkan pendidikan dan ilmu pengetahuan menjadi komoditas atau bisa dikatakan diperjualbelikan mengikuti logika “pemintaan” dan “penawaran” ( Mansour Fakih ;2011). Indonesia terletak pada garis khatulistiwa dan memiliki iklim tropis, keadaan geogerafis ini sangat menguntungkan terutama dalam menjalankan kegiatan usaha disektor petanian. Salah satu kekayaan alam yang dihasilkan dari sektor pertanian adalah hasil rempah-rempah berupa tanaman obat yaitu jahe. Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta, singaberi . Jahe diperkirakan berasal dari India kemudian dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Jahe merupakan tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.Jenis jahe tidak hanya satu akan tetapisangat beraneka ragam seperti jahe gajah, jahe merah dan jahe kecil. Jahe biasa digunakan sebagai bumbu masakan, minuman penghangat dan obat. Dari berbagai sumber yang diperoleh,tanaman jahe banyakmengandung berbagai zat aktif antara lain mineral sineol, fellandren, minyak damar, kamfer, zingiberin, borneol, zingiberol, gigerol (paling banyak terkandung pada jahe merah), asam aminos, zingeron, vitamin A, B1, C, lipidas, protein, niacin dan masih banyak lagi ynag lainnya. Selain sebagai minuman penghangat jahe juga berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit seperti menurunkan tekanan darah (hipertensi), membantu pencernaan, melancarkan peredaran darah, obat mual, masuk angin, menangkal radikal bebas dan obat digigit serangga. Indonesia ditahun 2013 sedang berupaya meningkatkan kemajuan dalampembangunan kesehatan, akan tetapi saat ini kita tengah menghadapi tantangan baru yaitu meningkatnya penyakit tidak menular, hal ini disebabkan karena makanan yang dikonsumsi banyak mengandung bahan kimia dan perubahan pola konsumsi gaya hidup. Data tahun 2010 menunjukkan 59% kematian di Indonesia disebabkan penyakit tidak menular dan pola hidup tidak sehat dengan mengonsumsi makanan cepat saji.Indonesia sebagai pangsa pasar yang sangat potensial bagi pengembangan obat berdasarkan target universal coverage pada 2014 mendatang yang menyatakan bahwa seluruh masyarakat Indonesia harus bisa mengakses layanan kesehatan dengan mudah dan murah. Namun yang disayangkan hampir 96 % kebutuhan obat dalam negeri ini masih dipenuhi dengan produk impor (kompas.com). Melihat fenomena-fenomena di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pihak kapitalis yang telah menguasai sistem ekonomi dan pendidikan di negara kita serta persaingan di dunia kerja yang sangat tinggi sedangkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan semakin sulit, maka kami berinisiatif membuat suatu usaha yang diberi nama HYBERD. Salah satu langkah kecil yang kami lakukan agar tidak menjadi korban globalisasi atau menjadi buruh global adalah membuat obat modern sekaligus untuk melestarikan warisan nenek moyang. Jamu merupakan salah satu warisan obat tradisional yang dikenal masyarakat Indonesia secara turun temurun. Akan tetapi perkembangan gaya hidup masyarakat yang menginginkan sesuatu yang modern dan serba instan dalam melakukan berbagai hal,maka dibuatlah jamu dalam kemasan bubuk dan bentuk jeli agar dapat dikonsumsi secara praktis dan instan. Untuk memikat masyarakat dalam mengonsumsi jamu, selain dalam bentuk kemasan yang menarik kami memberikan berbagai macam rasa sehingga produk akan diminati oleh konsumen. Agar dapat memenuhi berbagai segmen pasar maka HYBERD membuat jamu dalam ukuran besar dan kecil supaya dapat dikonsumsi di mana saja dan kapan pun. Di tengah presentasiku penguji bertanya tanpa intrupsi “bagian yang ini dimana…..” itu yang aku ingat, lalu aku menjawab dengan singkat “nanti setelah ini saya bahas!” dan penguji pun diam, “aduh ga punya etika forum nih penguji masa nanya saat presentasi mentang-mentang punya jabatan” gerutuku dalam hati, kemudian aku melanjutkan kembali presentasi menambah kegugupan karena energi terbuang untuk menjawab tadi dan presentasi pun selesai. Pertanyaan pun diajukan oleh peserta “di era moderen dan banyak orang sakit pergi ke dokter kenapa anda menjual obat tradisional?”Tanya peserta, “tuh gimana” tambah penguji “saya ingin melestarikan warisan bangsa dan produk ini hanya mencegah bukan mengobati, kalau sakit yah ke dokter lah….” Sontak ku jawab lalu para peserta menjadi riuh berbisik-bisik. Dilanjut pertanyaan oleh penguji yang mengajukan beberapa pertanyaan yang pertama “kenapa anda memasukan tentang jual beli pendidikan? padahal hal ini tidak perlu dituliskan karena tidak berkaitan” dengan kening mengkerut aku tanggapi sambil menyusun kata-kata agar bisa menjawab, namun sial aku tak bisa menjawab dengan spontan karena aku butuh kontemplasi—dalilku bilang saja kalau lelet dalam berpikir hehe,,,,satu lagi pertanyaan yang kedua “emang kalau orang kuliah pasti dijamin dapat kerja?” tandasnya, aku mengkerut lagi sambil menggerakan jari-jari untuk menyalurkan rasa gugupku dan sialnya lagi aku tak bisa menjawab lagi, “bagian yang ini di mana….” Penguji melanjutkan mungkin emosi karena pertanyaan sempat aku potong saat presentasi berlangsung. “di halaman ….” Jawabku, namun jawabanku ternyata salah “kenapa anda salah menjawab? jangan-jangan bukan anda yang membuatnya” Tanya penguji “mungkin saya lupa” jawabku dengan lugu. Singkat cerita presentasi pun selesai walau masih ada beberapa pertanyaan yang diajukan padaku namun dua hal ini yang menurutku perlu dikaji ulang. Mengenai pertanyaan yang pertama yang tidak bisa aku jawab, setelah aku berkontemplasi ini jawabku “latar belakang saya mendirikan usaha dikarenakan banyak pihak asing yang menguasai sektor-sektor riil dan berinvestasi besar-besaran, dengan menganut teori Keynesian—pihak swasta harus ada campur tangan dari pemerintah agar seimbang —pasar bebas disambut di Negara ini, namun tanpa diimbangi SDM akan berdampak kita kalah dalam bersaing dan alhasil kita menjadi buruh di negeri sendiri”, jika yang lain dalam mendirikan usahanya hanya dilatar belakangi oleh hal yang pragmatis semisal karena trend, namun yang saya bicarakan di sini sangat filosofis dan butuh pemikiran serta pengkajian yang mendalam. Dan jawaban yang kedua “pendidikan akan meningkatkan produktifitas dan professionalime dalam kinerja maka output akan lebih maksimal dan fungsi pendidikan bukan semata-mata hanya mengejar ijazah untuk kemudian bekerja”. Ironis jika orang yang mengenyam pendidikan tidak mempunyai pekerjaan, pastinya dia bisa membuka lapangan pekerjaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada menjadi hal yang baru dan bernilai jual, karena dengan pendidikan kita sedikitnya tahu hak-hak kita walaupun nantinya kita bekerja tapi masih punya harga diri bukan sebagai pekerja yang menjadi budak kapitalis.

Presentasi rencana bisnis yang terlatarbelakangi dari berbagai persfektif dan mengkritik ‘pasar bebas dan pendidikan sebagai komoditi (Neoliberalisme)’ bagi sebagian orang memang dianggap sesuatu yang aneh, sesat dan tidak masuk akal, namun bagiku merupakan suatu landasan yang filosofis yang bersifat inovatifcampuran ekonomi dan politik, justru hal yang beda mesti dikaji ulang merujuk pada ajaran Hegel tentang dialektika yang mengatakan segala sesuatu yang ada di alam semesta terjadi dari dua hal yang bertentangan dan akan menimbulkan hal lain Mungkin mereka bukan seorang aktivis sehingga alergi terhadap kritik dan perubahan atau anak keturunan bangsawan yang tidak pernah bersinggungan dengan kemiskinan dan kegelisahan kaum proletar, yaitulah akupun tak tahu. Tulisan ini bukan bermaksud mencari siapa yang benar dan salah melainkan untuk introfeksi diri khususnya bagi diri sendiri bahwa dalam menerangkan suatu hal harus dengan bahasa yang tersusun sistematis serta argumentasi yang kuat sehingga orang yang mendengar paham dan tidak menjadi bias. Karena manusia hanya bisa mengira-ngira tidak seperti hukum Tuhan yang mutlak bahwa “sesuatu hal yang baru akan dipandang aneh oleh sebagian manusia, karena perubahan bisa diwujudkan oleh manusia yang berani dan mau keluar dari status quo yang menindas”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline