Sewaktu saya melakukan perjalanan darat sejauh sekitar 190 kilometer dari Payakumbuh (Sumbar) ke Pekanbaru (Riau), saya melihat banyak sekali penjual durian yang mangkal di lapak sederhana di pinggir jalan.
Memang, di Sumbar dan Riau buah durian boleh dikatakan ada kapan saja. Tapi, sejak Desember lalu, durian sangat melimpah. Inilah puncak musim durian yang membuat harganya pun jadi murah.
Kakak sepupu saya yang juga bertindak sebagai driver kendaraan, rupanya tidak tahan lagi dengan godaan durian. Di sebuah lapak durian di daerah Pangkalan (50 kilometer dari Payakumbuh), kami pun singgah.
3 buah durian langsung kami makan di tempat lapak tersebut, dan membawa satu karung kecil untuk nanti dinikmati sesampainya di rumah kakak sepupu di Pekanbaru.
Begitu memasuki kota Pekanbaru, saya makin terkejut. Betapa merajalelanya durian yang konon "raja dari segala buah".
Saya yang sehari-hari tinggal di Jakarta, belum pernah menemukan sentra penjualan durian seperti di jalan-jalan utama kota Pekanbaru, terutama sepanjang Jalan Arifin Ahmad.
Inilah yang menjadi pusat kuliner durian di ibu kota Provinsi Riau tersebut yang menciptakan daya tarik unik yang sulit diabaikan.
Suasana yang luar biasa terpantau di sepanjang Jalan Arifin Ahmad, terlihat lapak-lapak sederhana penjual durian yang berjajar rapi, Tumpukan buah durian yang dipamerkan sungguh menggiurkan.
Di kawasan pinggir kota Pekanbaru pun, terutama di Panam, sejak sore hingga larut malam, lapak durian tersebar di sejumlah titik.
Tak heran, banyak konsumen yang menggerubungi para penjual durian, mulai dari pencinta durian fanatik hingga mereka yang sekadar ingin mencoba.
Harga yang ditawarkan sangat bervariasi, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu per buah, tergantung pada ukuran dan jenis durian yang dijual.