Cinta dalam arti luas bisa mencakup apa saja, baik cinta orang tua terhadap anak, cinta sesama saudara, bahkan juga termasuk cinta pada tanah air kita Indonesia.
Namun, tulisan ini fokus pada cinta berupa hubungan spesial antara seorang lelaki dan seorang perempuan, baik yang masih tahap pacaran, maupun yang sudah berumah tangga.
Perjalanan cinta antar setiap pasangan tentu saja berbeda-beda. Ada yang sangat pendek, seperti pernah dilantunkan Bimbo dalam lagunya "Cinta Kilat", yang kira-kira hanya untuk seminggu.
Pada titik ekstrim yang lain, ada yang sukses mempertahankan kesetiaannya sebagai suami-istri dalam masa yang sangat panjang.
Pasangan Kompasianer Pak Tjiptadinata Effendi dan Bu Roselina Tjiptadinata, jadi contoh langka, karena telah 60 tahun membina rumah tangga.
Kata orang, cinta itu buta yang kadang-kadang muncul tanpa aba-aba. Kita tak pernah tahu, dengan siapa kita bakal jatuh cinta, kapan, dan di mana.
Tapi, dari titik "kejatuhan" cinta itu, kita bisa memilih apakah akan kita perjuangkan agar mendapatkannya sebagai pacar, atau bahkan ditingkatkan statusnya sebagai istri atau suami.
Karena ini bersifat pilihan, tentu ada dasar rasionalnya. Termasuk dalam memelihara cinta agar bertahan hingga mencapai diamond wedding anniversary seperti yang dialami Pak Tjipta dan Bu Lina.
Menurut John Gottman dalam bukunya Principia Amoris: The New Science of Love yang disarikan oleh Kompas (27/2/2021), ada 3 fase alami cinta, yakni sebagai berikut.
Pertama, fase jatuh cinta (limerence) yang secara fisik ditandai dengan jantung berdebar, gemetar dan wajah merona.