Selama ini, orang yang secara rutin (misalnya sekali dalam beberapa hari) melakukan cuci darah di rumah sakit adalah mereka yang sudah berusia lanjut.
Umumnya, mereka yang terpaksa cuci darah bertujuan untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah menurun, atau ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan baik.
Namun, baru-baru ini beredar berita di media massa tentang anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), tapi sudah menjadi pasien cuci darah.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak memerlukan cuci darah. Salah satu penyebab utamanya adalah adanya kelainan bawaan kongenital.
Pada kasus ini, anak tersebut sudah sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau ada kista.
Selain faktor kelainan bawaan, gaya hidup tidak sehat juga dapat menyebabkan anak perlu menjalani cuci darah, terutama pada anak dengan obesitas.
Pada perkembangannya, anak yang bukan penderita obesitas pun juga ada yang terpaksa melakukan cuci darah.
Ada seorang anak perempuan yang diliput oleh salah satu stasiun televisi. Terlihat di tayangan televisi si anak lagi cuci darah di sebuah rumah sakit di Surabaya.
Menurut ibunya yang mendampingi, si anak sudah bertahun-tahun rutin mengonsumsi mi instan dua kali sehari. Artinya, pola makannya tidak sehat.
Faktor gaya hidup di era sekarang, termasuk yang dilakukan oleh anak-anak, ternyata bisa berbahaya bagi kesehatan. Cuci darah menjadi salah satu dampak negatifnya.