Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Galau Tak Punya Uang, Gaya Hidup Terlanjur Konsumtif

Diperbarui: 29 Mei 2024   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dok. bfi.co.id

Gaya hidup konsumtif di era sekarang terlihat semakin subur dengan berbagai kemudahan berkat perkembangan teknologi informasi. Dengan rebahan pun, banyak barang yang bisa dibeli.

Apalagi bertubi-tubi muncul notifikasi di ponsel yang berupa konten promosi untuk membeli suatu barang, dengan aneka diskon yang menggoda.

Jelas, hal itu sangat merangsang nafsu orang-orang yang memang dari sononya sudah terlanjur bergaya hidup senang berbelanja.

Masalahnya, gaya hidup konsumtif menuntut suatu persyaratan mutlak, yang tak bisa diganggu gugat, yakni harus punya dana yang banyak.

Padahal, nasib seseorang tidak selalu sama dari suatu masa ke masa berikutnya. Bahkan, terkadang berlaku pepatah yang mengibaratkan hidup itu seperti roda.

Yang namanya roda atau ban yang sedang berputar, akan ada saat di puncak tertinggi, dan ada pula ketika terpuruk hingga ke dasar.

Memang, ada orang yang konsisten kaya, bahkan hartanya mungkin tidak akan habis sampai tujuh turunan. Tapi, yang crazy rich ini hanya segelintir.

Kompasianer Noer Ashari pernah menulis, apakah kekurangan uang akan menghambat kebahagiaan atau malah memicu tindakan kriminal?

Tulisan ini melanjutakan apa yang ditulis Noer, tapi lebih fokus membahas kelompok yang terlanjur jadi penganut gaya hidup konsumtif. Apa yang terjadi bila mereka tak punya uang?

Pertama, bisa jadi akan ada yang nekat untuk coba-coba melakukan pencurian. Jika berhasil, akan ketagihan dan bukan tidak mungkin menjadi pelaku kriminal yang "profesional".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline