Bulan Ramadan telah sekitar dua minggu berlalu. Tapi, seyogyanya banyak hikmah Ramadan yang tetap melekat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Artinya, jika hikmah Ramadan itu tidak berlanjut hingga sekarang, saatnya kita melakukan introspeksi. Bisa jadi ibadah puasa kita tidak dilakukan dengan cara yang bersungguh-sungguh.
Memang, kalau kita hanya berpuasa dengan sekadar menahan lapar dan haus, maka hikmah puasa yang kita peroleh bagi kehidupan kita, sangat minim.
Sebagai contoh, salah satu hikmah puasa yang dilakukan dengan benar, adalah membuat hati seseorang jadi lapang.
Hati yang lapang antara lain ditandai dengan perasan damai, sejuk, selalu berpikir positif, dan tidak menyimpan sakit hati pada orang lain.
Maka, kalau misalnya kita gampang naik darah, gampang tersulut emosi saat berinteraksi dengan orang lain, bisa dikatakan puasa yang telah kita lakukan hanya sekadar menahan lapar dan haus.
Hati yang lapang itu tidak gampang tersinggung oleh tindakan atau komentar orang lain, baik yang bermaksud menyindirnya maupun yang sekadar keseleo lidah (slip of tongue).
Di lain pihak, pemilik hati yang lapang, selalu hati-hati bertindak dan berkata-kata. Apa kalimat yang akan keluar dari mulutnya, dipertimbangkan dulu agar tidak menusuk hati lawan bicaranya.
Seandainya tanpa sengaja ada perbuatan atau kata-katanya yang menimbulkan ketersinggungan orang lain, tanpa ragu ia akan segera minta maaf.
Kalau ada orang lain yang melakukan sesuatu yang tak berkenan di hatinya, ia tidak cepat tersinggung, bahkan langsung memaafkan sebelum orang lain itu minta maaf.