Bukan pebisnis namanya kalau tak kreatif memanfaatkan situasi yang dihadapinya. Seperti saat bulan Ramadan sekarang ini, banyak cara yang dilakukan pelaku usaha untuk menjaring pelanggan.
Logikanya, selama bulan Ramadan umat Islam akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan mengurangi aktivitasnya untuk berbelanja.
Tapi, kenyataan berbicara hal yang sebaliknya. Mereka yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbelanja ketimbang beribadah, justru cukup signifikan jumlahnya.
Jangan heran, mal-mal dan pusat perbelanjaan tetap ramai, bahkan mungkin lebih ramai dari jumlah jamaah salat tarawih di masjid dekat mal.
Apalagi, bila berbagai tenant di mal begitu gencar melakukan promo Ramadan, biasanya berupa pemberian diskon harga produk tertentu.
Ada kebiasaan sebagian masyarakat yang kurang teliti sewaktu melihat ada promo. Mereka kalap berbelanja dan merasa beruntung.
Padahal, jika dipikir-pikir lebih dalam, diskon harga yang didapatnya relatif tidak besar. Celakanya, barang yang dibeli sebetulnya bukan barang yang betul-betul dibutuhkan mereka.
Di lain pihak, alasan mereka yang berbelanja adalah memanfaatkan situasi mumpung ada promo. Soal kegunaan barang, mereka yakin suatu saat akan terpakai.
Suatu saat? Kapan suatu saat itu akan datang? Jangan-jangan malah barang yang dibeli dibiarkan saja tersimpan, dan bahkan akhirnya lupa kalau punya barang.
Ada seseorang yang suatu hari kaget saat melakukan beres-beres isi lemarinya. Ternyata, ada setumpuk kotak barang, yang isinya belum pernah digunakan sama sekali.