Para karyawan di Bank A setiap habis menerima gaji, banyak yang memindahkan gaji, dari yang masuk ke rekeningnya di bank A ke rekeningnya yang dibuka di Bank B.
Padahal, Bank B adalah saingan Bank A, baik dalam berburu dana dari para penabung, maupun dalam menyalurkan berbagai jenis kredit.
Lalu, buat apa bank A memasang iklan besar-besar mengajak masyarakat menabung di banknya? Padahal, karyawannya sendiri malah menabung di bank lain.
Alasan para karyawan itu, jika mereka menabung di Bank B mudah sekali bertransaksi karena sistem teknologinya yang lebih canggih.
Justru, para karyawan Bank A sebaiknya bersama-sama mendorong manajemennya untuk mengupayakan teknologinya tidak tertinggal ketimbang bank pesaing.
Gambaran di atas, mungkin tidak disadari oleh pihak manajemen Bank A. Maksudnya, pihak manajemen telah gagal dalam melakukan pemasaran internal.
Sebelum memasarkan ke pihak eksternal, sebaiknya pastikan pihak internal (karyawan dan keluarganya, termasuk juga pihak manajemen dan stakeholder lainnya), menyukai produknya sendiri.
Lebih jauh lagi, bukankah sebaiknya suatu perusahaan menjadikan para karyawannya sebagai role model? Sehingga, calon pelanggan atau nasabah akan percaya.
Jika karyawan tidak menyukai produk yang dijual perusahaannya tempat bekerja, bagaimana bisa meyakinkan orang lain?
Ini ibarat tukang pangkas atau pekerja salon kecantikan yang rambutnya acak-acakan. Bahkan, terkadang bukan pekerjanya saja, tapi pemilik usaha atau pelaku usaha juga begitu.