Seorang pemilik warung makan di pinggir jalan di kawasan Jakarta Utara terpaksa mengambil langkah yang tidak populer demi menyelamatkan usahanya.
Latar belakangnya, sudah sama-sama kita ketahui, yakni dalam beberapa hari terakhir ini cukup banyak berita tentang harga beras naik lagi
Langkah yang ditempuh si pemilik warung adalah mengurangi porsi nasi untuk para pelanggannya, karena ia tak mau menaikkan harga.
Namun, cara si pemilik warung menyiasati kenaikan harga tersebut, sebetulnya belum tentu tepat.
Jika pelanggannya kecewa karena merasa tidak kenyang dengan porsi sepiring nasi yang berkurang, bisa-bisa pelanggannya banyak yang pindah ke warung nasi lain.
Memang, tidak gampang mengambil keputusan bagi pemilik warung makan. Mempertahankan porsi makanan dengan menaikkan harga, juga ada risiko ditinggalkan pelanggan.
Kecuali, bila para pedagang nasi di suatu kawasan sama-sama kompak menaikkan harga, mungkin konsumen tak punya pilihan lain selain merogoh kocek lebih dalam.
Nah, tentu ada juga pelanggan yang tidak keberatan untuk mengurangi porsi makanan. Mereka adalah kelompok yang sedang berjuang untuk mengecilkan perutnya.
Mengecilkan perut tersebut bisa diartikan secara harfiah, yang dilakukan mereka yang punya perut buncit, sehingga secara kesehatan mengandung risiko munculnya penyakit.
Selain sering berolahraga, anjuran untuk mengecilkan perut adalah dengan mengurangi porsi makanan, khususnya yang tinggi karbohidrat seperti nasi.