Tulisan ini lahir karena pertanyaan anak saya yang menduga ITB dapat keuntungan dari pengelola pinjaman online (pinjol). Ketika ia bertanya, memang lagi heboh soal pinjol di kampus.
Seperti diketahui, beberapa minggu yang lalu, marak pemberitaan terkait sejumlah mahasiswa di ITB yang menunggak pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Nah, solusi yang ditawarkan pihak kampus telah memicu aksi demo penolakan, di mana mahasiswa yang menunggak disarankan mengambil pinjol aplikasi tertentu yang menjadi mitra resmi ITB.
Penolakan mahasiswa wajar-wajar saja jika mempertimbangkan adanya anggapan umum bahwa pinjol awalnya seperti penyelamat, tapi kemudian menjerat dengan bunga yang tinggi.
Namun, alasan pihak ITB pun clear, bahwa pinjol yang bermitra dengan ITB adalah pinjol legal yang punya izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Lagipula, pihak ITB pun menjelaskan pinjol hanya salah satu alternatif yang ditawarkan untuk membantu mahasiswa yang menunggak.
Terlepas dari soal di atas, sebetulnya pertanyaan anak saya di awal tulisan ini juga relevan. Apakah terpilihnya pinjol tertentu menjadi mitra ITB ada keuntungan yang diraup pihak ITB?
Sayangnya, dengan pengetahuan saya yang terbatas, saya tidak bisa menjawab dengan pasti apakah ada semacam hubungan yang sama-sama menguntungkan antara ITB dan mitra pinjolnya.
Tapi, saya punya sedikit pengetahuan terkait kerja sama bank dengan berbagai kampus, baik negeri maupun swasta, terutama yang punya mahasiswa yang banyak.
Rasanya, di kampus ITB pun pasti ada bank yang membuka kantor di sana, terlepas dari apakah statusnya sebagai kantor cabang, kantor cabang pembantu, atau hanya sekadar kantor kas.