Banyak referensi yang menekankan pentingnya seseorang menjadi pemimpin yang baik, dengan bermunculannya berbagai teori tentang leadership atau kepemimpinan.
Padahal, tak ada pemimpin tanpa pengikut. Pemimpin tidak dilahirkan begitu saja, tapi melewati proses yang panjang yang dimulai dari menjadi pengikut yang baik.
Makanya, ilmu tentang followership (kepengikutan) tak kalah penting untuk bisa diaplikasikan dalam suatu perusahaan atau organisasi lainnya.
Ingat, seorang pemimpin sebetulnya juga pengikut dari pemimpin yang lebih tinggi lagi. Demikian pula seorang pengikut, juga menjadi seorang pemimpin bagi anggota yang posisinya lebih di bawah.
Seorang Presiden pun masih punya atasan, karena harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya ke lembaga tinggi negara.
Sedangkan seorang yang punya kedudukan paling bawah, katakanlah seorang petugas kebersihan, paling tidak menjadi pemimpin di keluarganya sendiri.
Jadi, seseorang itu pada hakikatnya adalah seorang leader sekaligus follower, atau seorang follower sekaligus leader.
Nah, tulisan ini lebih fokus pada pembahasan tentang bagaimana menjadi seorang pengikut yang baik, terutama di sebuah perusahaan atau di sebuah instansi.
Pengikut yang baik tidak bersifat pasif yang hanya bergerak bila diperintah oleh atasan. Artinya, anggota yang hanya menunggu, sama sekali tidak punya inisiatif, bukan tindakan yang baik.
Pengikut yang baik bukan pula mereka yang pintar "menjilat" memuji-muji atasan dengan sikap hormat yang berlebihan.