Kebetulan, pada Sabtu (26/8/2023) kemarin saya berbincang-bincang dengan beberapa teman lama dalam sebuah acara resepsi pernikahan di Jakarta Selatan.
Sebagian teman saya itu sekarang punya posisi manajerial di perusahaan tempatnya bekerja. Ada yang di anak perusahaan BUMN, ada juga yang di perusahaan swasta.
Entah kenapa, sampailah cerita pada nasib seorang teman, sebut saja namanya Basri, yang gagal untuk mengisi jabatan strategis di suatu perusahaan.
Basri sendiri tidak ikut dalam acara resepsi pernikahan di atas. Sehingga cerita yang saya dengar adalah versi teman-teman yang terlibat berbincang dengan saya.
Konon, Basri termasuk yang diunggulkan untuk mengisi jabatan strategis itu berdasarkan kinerjanya yang bagus selama ini.
Tapi, setelah tim yang menyeleksi melihat aktivitas Basri di berbagai akun media sosial, nama Basri pun terpental alias dicoret sebagai kandidat potensial.
Tak ada yang aneh sebetulnya terkait apa yang diposting Basri di media sosial. Tak ada yang bermuatan pornografi, tak ada pamer kekayaan, tak ada pula komentarnya yang bernada provokatif.
Hanya saja, Basri diketahui menjadi follower dari sorang tokoh kondang (nama si tokoh tak usah disebutkan di sini) yang oleh media massa disebut bergaya keras dalam mengkritisi pemerintah.
Memang, cerita di atas belum tentu benar, karena ini kan versi seorang teman yang sulit untuk diklarifikasi.
Tapi, bagi mereka yang lagi berburu pekerjaan, termasuk yang sudah bekerja namun masih menginginkan pindah ke tempat lain dengan posisi lebih tinggi, tak ada salahnya berjaga-jaga.