Media sosial membawa banyak sekali perubahan pada kehidupan kita sehari-hari. Salah satu di antara perubahan dimaksud adalah semakin menjangkitnya budaya narsis.
Padahal, sebelum maraknya media sosial, perilaku narsis hanya dilakukan oleh segelintir orang saja.
Sekarang, orang yang di dunia nyata sebetulnya berkarakter pendiam, katakanlah seorang bertipe introvert, di media sosial ada yang rajin narsis.
Secara bebas, narsis bisa diartikan sebagai perilaku terlalu membangga-banggakan diri sendiri, terlalu percaya diri, atau terlalu mencintai diri sendiri.
Narsis selama ini sering dikaitkan dengan foto-foto selfie yang memperlihatkan penampilan individu dalam berbagai gaya dan aksi di media sosial.
Namun, foto selfie sebetulnya hanya salah satu contoh dari perilaku narsis dalam bermedia sosial.
Foto-foto yang bukan selfie pun, termasuk pula narasi atau tulisan, yang bisa ditafsirkan terlalu menonjolkan kehebatan diri sendiri, bisa dinilai sebagai narsis.
Kehebatan apa yang dimaksud? Bisa kecantikan atau ketampanan secara fisik, dan bisa pula soal pakaian, perhiasan, atau barang mewah yang dipakai.
Contoh lain, ada pula kemungkinan niat untuk narsis bagi orang yang terlalu sering memposting kegiatannya dalam beribadah, atau dalam berbagi dengan kelompok yang kurang berpunya.
Tapi, tulisan ini tidak akan meneruskan beberapa contoh narsis di atas. Yang akan diulas di sini adalah dugaan narsis yang dilakukan orang yang terlalu sering mengumbar prestasi kerjanya.