Berbicara mengenai industri film, tak pelak lagi, pusatnya secara internasional masih tetap dipegang oleh film-film yang diproduksi di Hollywood, Amerika Serikat (AS).
Memang, industri film di India, Hongkong, dan Korea Selatan, juga berkembang. Tapi, secara umum, dunia sudah dikuasai oleh Hollywood.
Hal ini berlaku juga di Indonesia. Meskipun film nasional lumayan bagus perkembangannya, tapi belum mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Beberapa film nasional memang mampu menggaet jutaan penonton. Namun, yang digaet film-film dari negeri Paman Sam yang diputar di Indonesia, jauh lebih banyak lagi.
Seperti saat ini, 2 film AS yang tayang di bioskop telah memasuki minggu ke-5, adalah film Oppenheimer dan film Barbie.
Sedangkan film nasional, yang mampu bertahan berminggu-minggu seperti itu sangat langka.
Banyak hal yang membuat dominasi film-film AS sangat sulit untuk digoyahkan. Salah satunya adalah faktor teknologi.
Dengan kecanggihan teknologinya, penonton bisa terpukau melihat aksi gila-gilaan dalam film-film bertema superhero.
Namun demikian, ada perkembangan terbaru dari Hollywood yang justru dipicu oleh terancamnya insan film di sana akibat penggunaan teknologi yang jauh lebih canggih.
Harian Kompas (3/5/2023) memberitakan mogoknya penulis naskah film di AS. Industri film Hollywood dan juga media televisi AS terancam lumpuh.
Dituliskan bahwa setidaknya 11.500 penulis naskah film dan pertunjukan di AS memutuskan mogok mulai Selasa (2/5/2023).