Tradisi mudik yang sudah berurat berakar pada masyarakat kita, kembali menemukan momentum yang pas pada perayaan Idulfitri 2023 yang belum lama ini berlalu.
Seperti diketahui, selama 3 kali lebaran sejak tahun 2020 hingga 2022, tradisi mudik tersebut tidak bisa berjalan secara normal karena pemberlakuan pembatasan sosial.
Nah, pada lebaran kali ini, desa-desa atau kota-kota kecil yang tadinya sepi, mendadak jadi ramai dengan kedatangan para pemudik.
Tapi, kemeriahan itu hanya berlangsung sekitar satu hingga dua minggu saja. Setelah itu kembali sepi, yang tinggal kebanyakan para orang tua yang telah lanjut usia (lansia).
Nah, berbicara tentang kehidupan lansia tersebut, terbayang kesedihannya ketika anak-anak, menantu dan cucunya pamit untuk kembali ke kota domisili mereka.
Ketika ada anaknya yang telah sukses akan kembali ke kota perantauannya, biasanya akan berusaha membujuk ayah dan ibunya (atau salah satu, jika ada yang sudah meninggal) untuk ikut juga.
Motif si anak jelas ingin memanjakan dan membahagiakan orang tuanya. Katakanlah, sudah saatnya anak membalas budi ke orang tua.
Memang, soal membalas budi ini ada 2 pendapat yang berbeda. Yang satu mengatakan, sudah kewajiban orang tua untuk mendidik dan membesarkan anak.
Sedangkan anak punya kewajiban yang sama pada anak-anaknya lagi, bukan kepada orang tuanya. Jadi, orang tua jangan pamrih berharap balasan dari si anak.
Pendapat sebaliknya adalah, betapa durhakanya seorang anak yang ketika sudah dewasa tak mau mengurus orang tuanya.